Advertorial
Intisari-Online.com - Media sosial itu memiliki informasi yang tidak terbatas dan tidak terbendung.
Kita dapat melihat dan menerima informasi apa saja, baik yang kita butuhkan, maupun tidak.
Media sosial memang memiliki dua sisi yang berbeda.
Dalam beberapa bagian kehidupan, media sosial bermanfaat.
Namun dalam aspek kehidupan lainnya, dapat berpengaruh buruk jika kita tidak mampu mengontrolnya.
Salah satu pengaruh negatif itu adalah media sosial mengubah cara pandang kita untuk menilai diri kita sendiri dan juga orang lain.
Seringkali, apa yang ditampilkan di media sosial yang menjadi acuan kita ketika memahami diri kita dan orang lain.
Situs lifehack.org mengkaji beberapa pandangan dan pikiran kita yang secara tidak sadar dipengaruhi oleh paparan informasi di media sosial:
1. Ilusi mengenai “kehidupan yang sempurna” membuat kita mengabaikan hidup kita di dunia nyata
Media sosial tidak lagi dijadikan sebagai media untuk berbagi pikiran.
Tapi berubah menjadi ajang pamer dan promosi diri sendiri.
Kita membagikan banyak hal mengenai diri kita sendiri dengan tujuan memuaskan diri sendiri.
Selain itu, kita juga dipaparkan oleh berbagai informasi dari teman-teman pada media sosial.
Polosnya, kita cenderung mempercayai semua hal yang ditampilkan orang.
Padahal, jarang sekali orang membagikan sisi buruk dirinya di media sosial.
Kebanyakan kita atau mereka pasti mengunggah apa yang baik, apa yang indah, dan enak dilihat mata.
Tidak jarang berbagai postingan itu, sebetulnya dipoles untuk menutupi kehidupan yang sebenarnya.
Masalahnya adalah kebanyakan kita mulai menilai ukuran kelayakan diri kita dan mereka melalui apa yang ditampilkan di media sosial.
Berlomba-lomba menunjukkan kesempurnaan masing-masing.
2. Kita cenderung menilai kehidupan orang lain berdasarkan apa yang ditampilkannya di media sosial
Semakin banyak pengikut di media sosial, maka semakin populer lah orang itu.
Berlanjut pula dengan semakin banyak follower, like, love, dan comment di media sosial, menandakan bagaimana sifat dan kepribadian orang itu.
Bukankah sangat aneh bila kita terjebak dalam pemikiran ini?
Akibat tuntutan ini, orang-orang mulai berusaha lebih keras membagikan bagian terbaik dalam hidupnya di media sosial.
Akhirnya status dimanipulasi, foto di-edit sesempurna mungkin, bahkan hal-hal yang lain demi meningkatkan harga dirinya di media sosial.
3. FOMO; Fear of Missing Out alias takut ketinggalan
Kita melihat berbagai unggahan di media sosial hampir setiap hari, sehingga secara tidak sadar kita merasa ada yang kurang jika tidak membuka media sosial.
Seolah jika kita tidak log in, maka kita akan ketinggalan akan segala sesuatu yang disajikan di media sosial.
Misalnya informasi hidup soal si A, tren terbaru, dll.
Ketika orang lain menampilkan kesuksesan dan kebahagiaannya di media sosial, kita cenderung merasa tertinggal.
Dan secara tidak langsung menginginkannya juga. Wow, betapa bahayanya!