Untuk memetiknya jelas sulit sekali. Tidak hanya karena tempatnya yang terpencil, tetapi juga karena pulau itu angker dijaga ketat oleh garnisun tentara siluman.
Diperlukan seorang paranormal agar dapat berhasil. Ini menurut para abdi dalem petugas pengambil bunga.
Pada zaman Mataram dulu mereka berjalan kaki dari Kartosuro (ibu kota kerajaan waktu itu) ke Magelang lewat Boyolali dan menyusuri lereng Gunung Merapi.
Dari Magelang melalui Temanggung dan Wonosobo, mereka turun ke Cilacap. Lalu menyeberang ke Pulau Karangbandung dengan perahu. Sudah bersusah payah mendekat, ternyata pohonnya tidak mau berbunga pada sembarang waktu.
Berbunganya sesudah diminta oleh paranormal yang berwajib dengan bersemedi. Kalau sudah ndelalah (semacam Que sera sera), bunga akan jatuh sendiri dalam bokor yang segera ditutup dengan kain kerajaan.
(Baca juga: Tapak Dara, Keluarga Kamboja yang Punya Senyawa Sakti Penumpas Kanker Payudara Seharga Rp1,3 Triliun)
Inilah yang kemudian dibawa kembali ke Kartosuro, dan disimpan dalam kamar pusaka keraton. Tak seorang pun boleh melihat bunga di bawah kain penutup itu.
Hanya raja yang boleh mengintip, untuk memastikan bahwa yang dipersembahkan itu betul-betul bunga.
Itulah yang akan meneruskan spirit kebijakan bestari dari Batara Kresna ke raja Mataram yang kini berkuasa.
Jadi caranya memerintah kerajaan dapat sama bijak dan adilnya dengan Raja Kresna Dwarawati.
Kurus kurang gizi
Bagaimana ujud bunga yang misterius itu, dan bagaimana sosok pohon yang menghasilkannya?
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR