Advertorial
Intisari-Online.com – Kita umumnya sangat hati-hati dengan obat mata.
Kesalahan bisa fatal akibatnya. Tulisan Drs. Hartono Hdw. tentang macam-macam obat mata mungkin bisa menambah khasanah pengetahuan kita mengenai obat mata.
Gangguan pada mata bisa terjadi karena pengaruh dari luar maupun dalam.
Gangguan dari luar misalnya seperti kena sengatan sinar matahari, TV, komputer, sinar X, pukulan benda, percikan api, zat kimia, semprotan obat antihama, infeksi kuman melalui debu, berenang, handuk dsb.
Mata juga bisa rusak karena pengaruh dari dalam. Misalnya karena kekurangan vitamin A.
(Baca juga: Mengerikan, Tidak Melepas Lensa Kontak Selama 5 Bulan, Mata Kanan Wanita Ini Tiba-tiba Buta)
Efek sampingan obat juga bisa menyebabkan kerusakan pada mata.
Misalnya karena obat dengan nama generik Ethambutol.
Ini obat anti-TBC, yang memiliki banyak nama paten, a.l. Myambutol, Kalbutol, Abbutol, Protibi, Santibi, Butolex dll.
Pengobatan dalam dosis besar dan lama bisa menyebabkan penglihatan terganggu, sehingga pasientidak bisa melihat warna hijau lagi dan penglihatan menjadi kurang jelas.
Macam-macam obat mata
Untuk mengatasi berbagai gangguan itulah kita mengenal beberapa macam kegunaan obat mata.
1. Untuk menjaga kebersihan seperti mencuci mata atau lensa kontak.
2. Untuk melindungi mata dari penyakit infeksi mata atau berkurangnya fungsi kelenjar air mata, sehingga mata terasa kering.
3. Untuk melawan peradangan (inflamasi).
4. Untuk mengobati akibat gangguan metabolisme.
5. Untuk keperluan diagnosis mata.
(Baca juga: Berkat Warna Mata yang Berbeda, Mantan Napi Ini Jadi Model Terkenal Hingga Dijuluki ‘Prison Bae’)
Untuk membersihkan mata dari debu atau kotoran dipergunakan obat cuci mata atau collyrium, yang dikenal dengan nama generik boric acid atau boorwater.
Cara penggunaannya dengan gelas mata (eyecup).
Andaikata Anda malas menggunakan gelas mata, ada juga obat tetes mata yang dijual bebas dalam botol kecil 5 ml, 10 ml atau 15 ml.
Obat ini juga bisa membersihkan mata serta menghilangkan iritasi pada mata dengan beberapa tetes saja. Contohnya seperti Insto, Visine, Rohto dll.
Cairan pembersih lensa kontak (softlens) lebih banyak macamnya lagi.
Setelah dilepas dari mata, lensa kontak harus dicuci dengan larutan yang berisi EDTA 0,1% (etilen diamin tetra asetat) untuk mengikat zat kapur.
Setelah itu harus dibilas dengan larutan air garam isotonis dan direndam semalam dalam larutan yang mengandung chlorohexedine glukonat 0,002% sebagai antiseptik agar bersih dan siap pakai kembali.
Selain itu lensa kontak itu setiap dua minggu sekali harus dibersihkan secara khusus dengan cairan yang berisi air garam isotonis dengan ditambah enzim protease, lipase dan pronase, agar protein, lemak dan lendir yang melekat hilang.
Kalau tidak, bisa merusak kornea mata. Obat-obat ini dapat dibeli secara bebas di toko-toko agen lensa kontak.
Untuk melindungi mata terhadap infeksi diperlukan obat mata yang mengandung zat kemoterapeutik, seperti golongan antibiotik, sulfonamida, idoksuridin dll.
Obat itu ada yang dibuat khusus dalam salep mata steril dan obat tetes mata.
Obat-obat golongan ini harus dibeli dengan resep dokter.
Sedangkan agar mata tidak kekurangan cairan air mata, dipergunakan obat mata yang mengandung HPMC (hidroksipropil-metilcellulosa).
Obat yang mengandung bahan tsb. dikenal sebagai "air mata buatan" atau "artificial tears” dan dikenal di Indonesia dengan dua nama: Isopto-tears dan Tears Naturale, dua-duanya buatan Alcon, Belgia.
Selain itu ada salep matanya yang digunakan pada malam hari. Namanya Duratears (Alcon, Belgia). Obat-obat ini harus digunakan dengan sepengetahuan dokter.
Selain itu ada pula obat tetes mata yang juga menyebut diri sebagai "air mata buatan", yang tidak mengandung HPMC, tetapi obat antiseptik yang di Indonesia lebih dikenal sebagai obat povidone, yaitu Protagent buatan pabrik Dr. Thilo, Jerman Barat.
Karena itu sebaiknya pasien bertanya pada dokter mata, "artificial tears" mana persisnya yang dimaksud. Harganya bisa dua kali lipat.
Agak keruh
Untuk peradangan (inflamasi) sering dipakai obat mata yang mengandung hormon steroida kortikosteron berbentuk salep, obat tetes mata dalam tube atau obat tetes mata dalam botol biasa.
Karena hormon ini hampir tidak larut dalam air, maka obat tetes mata ini agak keruh dan berupa koloid.
Contohnya: Adremycin eyedrops dan Neocortef eyedrops. (Obat mata yang mengandung HPMC seperti "air mata buatan" tadi, juga berupa koloid yang agak keruh).
Perlu diperhatikan bahwa obat mata yang mengandung kortikosteron itu jangan dipakai untuk mata yang luka. Luka itu akan sulit sembuh.
Obat mata dengan hormon kortikosteron hanya dapat dibeli dengan resep dokter.
Penyakit mata yang disebabkan oleh gangguan metabolisme, seperti katarak, misalnya, meskipun sudah ada obat yang dikenal dengan nama Catalin atau Catarlent, toh penyakit ini biasanya akhirnya harus dioperasi juga.
Penyakit mata lain, glaukoma, disebabkan oleh tekanan di dalam bola mata meninggi.
Untuk menanggulanginya dokter mata sering memberi obat tetes mata yang mengandung timolol atau acetazolamide untuk mengurangi produksi cairan mata.
Obat-obat golongan ini harus dibeli dengan resep dokter.
Untuk keperluan pemeriksaan mata, ada pula obat tetes mata yang mengandung obat yang dapat memperbesar atau memperkecil pupil mata.
Obat-obat tersebut mengandung zat dengan nama generik atopin atau pilokarpin.
Obat mata harus dibuat dengan cermat.
Namun, bagaimanapun sterilnya dan sudah diberi zat pengawet, tapi daya tahannya tetap terbatas, apabila sudah dibuka tutup berkali-kali.
Kuman-kuman sejenis Proteus dan Pseudomonas aeruginosa, bahkan virus, dapat tumbuh pada kebanyakan obat mata, terutama yang mengandung air.
Maka ada obat tetes mata yang pada labelnya ditulis bahwa setelah empat belas hari sebaiknya obat itu jangan dipakai lagi.
Soalnya, kuman-kuman dapat menimbulkan infeksi pada mata kita yang lunak.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1990)