Advertorial
Intisari-Online.com -Dikelilingi oleh pematang sawah dan lansekap yang bergelombang, desa pegunungan Buscalan adalah rumah bagi 200 kepala keluarga.
Desa ini terletak di Provinsi Kalinga di Filipina dan berjarak sekitar 15 jam perjalanan menggunakan mobil ke utara Manila.
Meski demikian, ribuan wisatawan datang ke desa ini tiap tahunnya. Mereka ingin bertemu dengan Whang Od Oggay, mambabatok tertua di Filipina. Mambabatok adalah istilah Kalinga untuk menyebut seniman tato.
(Baca juga:Seniman Tato ini Mendapatkan Tangan Prostetik Pertama di Dunia yang Berfungsi sebagai Mesin Tato)
Kira-kira berusia 100 tahun, Whang Od telah melakukan seni kuno ketuk-tangan sejak berusia 15 tahun.
“Tradisi akan terus berlanjut selama orang terus datang untuk mendapatkan tato,” ujar Whang Od kepada CNN Travel.
“Selama saya masih bisa melihat dengan baik, saya akan terus menato, saya akan berhenti bila penglihatan mulai rabun.”
Tato sebagai simbol keindahan dan kekuatan
Secara tradisional, tato-ketuk-tangan diberikan kepada prajurit Butbut tradisional.
“Begitu mereka membunuh seseorang, mereka berhak mendapatkan tato,” jelas Whang Od.
“Semua orang tahu kapa seorang prajurit membunuh orang karena ia akan mengumumkannya pada semua orang.”
Dan untuk perempuan? Tato dianggap sebagai aksesoris estetis.
“Saat itu mereka akan berkata: ‘Pergilah menato sehingga Anda akan terlihat cantik,’” kenang Whang Od ketika remaja, ketika teman-temannya yang lain sudah memenuhi kaki dan tangan mereka dengan tato.
Tapi sekarang, setelah para prajurit itu tidak ada, tato-ketuk berhak dikenakan siapa saja—Whang Od biasa menato delapan turis internasional saban harinya.
Setiap simbol—mulai dari garis hingga lingkaran, hewan dan sidik jari—mempunyai makna yang mendalam. Beberapa desain mewakili gunung atau matahari, kesuburan dan kekuatan lainnya.
“Saya suka saat wisatawan dan pengunjung datang ke sini karena membantu kita keluar (dari kesulitan finansial),” kata Whang Od.
Ia berharap pengunjung terus berdatangan.
Whang Od mengikuti tren menato gaya lama yang telah diwariskan selama ribuan tahun. Ia hanya memerlukan beberpa alat untuk mulai menggambar: duri dari pohon pomelo, batang bambu yang panjang, angus di panci, dan air.
Dengan penuh konsentrasi, ia akan mulai melukis.
(Baca juga:Menorehkan Tato pada Badan Kucingnya, Seniman Ini Dihujat oleh Netizen)
Tato di masa depan
Menjaga sebuah ritus seni tetap terjaga lebih rumit dari yang dibayangkan. Seni hanya bisa diwariskan kepara kerabat sedarah, mengikuti keyakinan bahwa tato akan terinfeksi jika tidak.
Meski Whang Od tidak punya anak sendiri, ia telah melatih cicitnya Elyang Wigan dan Grace Palicas selama bertahun-tahun.
“(Teman-teman saya tukang tato) telah meninggal dunia,” ujarnya. “Saya satu-satunya yang masih hidup dan menato, tapi saya tidak takut tradisi ini akan hilang karena saya telah melatih seniman tato berikutnya.”
Meski tato sekarang sedang benar-benar digemari, Whang Od mengaku tak ingin pergi ke mana-mana dalam waktu dekat.
Yang juga mengagetkan, bagaima Whang Od bisa menjaga penglihatannya di usianya yang lebih 100 tahun?
“Saya tidak makan makanan kalengan, makanan dengan minyak, makanan yang sudah diawetkan,” katanya.
“Saya hanya makan makanan organik, seperti sayuran, dedaunan, dan kacang-kacangan.”