Advertorial

Jangan Salah, Vape Juga Bisa Sebabkan Kanker, Begini Cara Bekerjanya

Moh Habib Asyhad

Editor

Di tengah upaya berjuang mati-matian untuk berhenti merokok, ada vape yang ternyata vape bisa menyebabkan kanker.
Di tengah upaya berjuang mati-matian untuk berhenti merokok, ada vape yang ternyata vape bisa menyebabkan kanker.

Intisari-Online.com -Munculnya rokok elektrik (vape) di pasaran tampak seperti anugerah terindah bagi para perokok.

Di tengah upaya berjuang mati-matian untuk berhenti merokok, dan mungkin juga para perokok sosial yang sekadar penasaran menjajal tren terbaru, muncullah varian ini.

Bisa dibilang, rokok elektrik memberikan semua kenikmatan merokok tembakau dengan hampir nol risiko kesehatan, karena sejatinya Anda hanya menghirup uap air dan sedikit jejak nikotin.

Catat! 5 Negara Ini Melarang Rokok Elektronik. Kita Bisa Dipenjara Selama 10 Tahun Jika Nekat Membawanya)

Meski kini penggunaan rokok elektrik semakin naik daun, tidak semua orang yakin benar bahwa vaping harus direkomendasikan sebagai alternatif dari merokok tembakau.

Sejumlah studi mencurigai bahwa rokok elektronik mengandung zat-zat berbahaya yang berdampak merugikan pada paru-paru penggunanya.

Rokok elektrik menyebabkan peradangan di paru-paru

Untuk meneliti penggunaan rokok elektrik terhadap kesehatan paru, tim peneliti dari Hellenic Cancer Society, Athena, dilansir dari Daily Mail, meneliti 54 perokok tembakau dan vape berusia 18-31 tahun.

Dari kesemuanya, 27 menderita asma ringan. Peneliti mengukur fungsi paru-paru mereka setelah masing-masing kelompok merokok rokok tembakau dan menghirup vape.

Peneliti juga menguji apakah paru-paru mereka memperlihatkan gejala peradangan, dengan mengukur berapa banyak oksida nitrat (NO) yang dihembuskan.

NO merupakan molekul gas yang dihasilkan oleh sel-sel di saluran pernapasan sebagai respon peradangan.

Para peneliti menemukan pengguna rokok elektrik memperlihatkan hasil yang lebih buruk pada kedua tes tersebut daripada orang yang tidak menggunakan vape. Dan temuan itu lebih parah pada penderita asma.

“Rokok elektronik segera merusak fungsi paru-paru, yang berlangsung selama kurang dari 30 menit setelah merokok,” tandas Dr Andreas Lappas, dari Hellenic Cancer Society, Athena, penulis studi.

Hasil ini, lanjutnya,menunjukkan bahwa seperti yang terjadi dengan merokok tembakau, vaping memiliki efek jangka pendek yang lebih berbahaya pada penderita asma dibandingkan dengan perokok yang sehat.

Efek peradangan dalam paru ini dapat memicu penyakit paru dari waktu ke waktu.

(Baca juga:Kaki Pria Ini Hampir Putus Setelah Rokok Elektronik Meledak Serupa Granat)

Mengomentari studi ini, The British Lung Foundation mengakui bahwa vaping dapat membahayakan paru-paru.

Studi lain menemukan bahwa sampel sel darah putih yang terpapar uap asap rokok elektrik melepaskan senyawa penyebab peradangan, menunjukkan bahwa menghirup uap vape mungkin memiliki efek yang sama dalam tubuh.

Rokok elektrik bisa memicu kanker

Nikotin bukanlah pelaku utama di balik ancaman bahaya rokok, melainkan asap yang diproduksi dari rokok itu sendiri.

Menyulut korek api pada rokok menyebabkan daun tembakau dan kertas selulosa pembungkusnya menjadi terbakar.

Pembakaran ini kemudian melepaskan ramuan racun radikal bebas yang tidak hanya menyebabkan kanker, namun juga penyakit jantung dan berbagai masalah lainnya.

Sementara itu, rokok elektrik menggunakan tenaga panas dari baterai untuk menguapkan campuran nikotin, gliserol atau propilen glikol, dan perasa (tergantung pada produk).

Pemanasan terjadi pada suhu yang jauh lebih rendah dari pembakaran pada rokok tembakau, sehingga tampaknya masuk akal bahwa vaping tidak akan menyebabkan pelepasan semua racun yang sama dengan rokok.

Uap asap rokok elektrik mungkin mengandung jejak bahan kimia penyebab kanker, seperti formalin, aldehida, acrolein, dan dietilen glikol, atau logam beracun seperti nikel.

Semakin tinggi tegangan baterai, semakin tinggi suhu dalam kumparan dalam rokok elektrik — dan semakin tinggi panas yang dihasilkan berarti jumlah bahan kimia yang dilepaskan semakin banyak.

Emisi juga bervariasi berdasarkan berapa lama rokok elektrik telah digunakan.

Semakin lama itu digunakan, semakin tinggi tingkat bahan kimia itu dirilis, termasuk formalin, asetaldehida, dan akrolein — semuanya merupakan karsinogen atau agen pengiritasi pernapasan.

Ini karena residu bahan kimia menumpuk di atau dekat kumparan pemanas. Selagi residu ini memanas, vape merilis bahkan lebih banyak bahan kimia.

(Baca juga:Bahaya Viagra: Alih-alih Meningkatkan Performa, Viagra Bisa Menyebabkan Kanker Kulit)

Kombinasi bahan kimia ini dapat memicu kerusakan sel yang bisa menyebabkan kanker, kata peneliti dari Veterans Affairs San Diego Healthcare System.

Peneliti menggunakan teknik pengasapan dari uap vape langsung pada sampel sel epitel sehat (yang melapisi organ, kelenjar, dan rongga seluruh tubuh — termasuk mulut dan paru-paru) di cawan petri.

Mereka menemukan racun kimia ini merugikan sel tubuh dengan cara yang dapat memicu perkembangan tumor bahkan jika vape tersebut bebas nikotin.

Berdasarkan penelitian tersebut, sel-sel tubuh yang terpengaruh lebih mungkin untuk langsung terprogram mengalami cedera sel (nekrosis) atau kematian sel (apoptosis).

Sel-sel yang terpengaruh asap, khususnya, menunjukkan tanda-tanda putusnya rantai double helix DNA.

Ketika salah satu atau kedua rantai pecah dan proses perbaikan sel tidak bekerja dengan benar, ini dapat menyebabkan kanker.

Artikel Terkait