Apalagi sejak kehadiran MiG-21 lusinan pesawat pembom dan tempur AS telah berhasil dirontokkan.
(Baca juga: Meski Perang Dingin, Korsel Siap Bantu Tanggulangi Wabah Penyakit di Korut)
MiG-21 yang mulai dibuat pada tahun 1955 oleh Mikoyan-Guverich Design Bureau, memang diciptakan untuk menjadi pesawat fighter penyergap yang tangguh.
Teknologi dan persenjataan yang dimiliki oleh MiG-21 merupakan pengembangan dari pesawat MiG generasi sebelumnya, MiG-19.
Pada prinsipnya, MiG-21 ditargetkan menjadi pesawat tempur yang mudah dikontrol, beratnya makin ringan dan manuvernya lebih lincah, serta gampang diproduksi secara masal.
Simpelnya dapat dilihat dari sosoknya yang tipis bak anak panah atau rudal.
Prototipe awal MiG-21 yang dikenal sebagai Yc-6 sebenarnya mengalami kegagalan saat diuji coba terbang.
Menjelang 1957, MiG-21 sukses diproduksi tapi kehadirannya belum mengagetkan NATO karena sejumlah uji coba persenjataan dan teknologinya masih belum akurat.
Namun Soviet terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan hingga MiG-21 nonggol di Perang Vietnam dan mampu tampil sebagai fighter penebar maut.
Setelah menuai sukses dalam Perang Vietnam, MiG-21 yang kemudian diproduksi masal dioperasikan lebih dari 46 negara termasuk Indonesia.
Varian yang menunjukkan kemampuan setiap generasi MiG pun terus diproduksi hingga 1973. Varian-varian MiG-21 itu antara lain MiG-21PF Fishbed D, MiG-21MF Fishbed E, MiG-21 RF Fishbed H, MiG-21 MF Fishbed J, MiG-21 PFMA Fishbed J, dan lainnya.
(Baca juga: Bermodal Data Curian, China Bikin Pesawat Pengebom Nuklir Siluman yang Bisa Terbang Langsung ke AS dan Indonesia)
Jumlah varian yang diproduksi kurang lebih 20 jenis. Sedangkan jumlah total produksi MiG-21 yang sangat populer itu bahkan mencapai lebih dari 10.000 unit.
Populasi dan keberadaan MiG-21 tersebar di hampir seluruh penjuru dunia.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR