Intisari-Online.com -Jika mau disebut sebagai salah satu momok udara paling menakutkan bagi Blok Barat di era Perang Dingin, itulah MiG-21 Fishbed. Jet tempur ramping dengan kemapuan tinggi ini pernah menjadi bumper diplomasi Indonesia yang ampuh.
Ketika tahun 1950-1960 dunia dicekam oleh Perang Dingin antara Blok Barat dan Timur serta Perang Korea, pada saat itu keunggulan persenjataan menjadi tolok ukur bagi yang lebih kuat.
(Baca juga:Mengharukan, Pengemis yang Pandai Berbahasa Inggris Itu Ternyata Mantan Dosen)
Tak hanya bom nuklir yang menjadi alat pengancam dan penggertak bagi kedua blok yang saling berseteru, pesawat-pesawat tempur produk terbaru pun menjadi tolok ukur yang paling diperhitungkan.
Perang Korea yang menjadi ajang pertarungan udara bagi pesawat produk Blok Barat dan Blok Timur makin memicu untuk segera diproduksinya jet-jet tempur canggih yang mampu merontokkan pesawat musuh.
Baik Perang Dingin, Perang Korea, maupun Perang Vietnam, pertempuran udara selalu didominasi oleh pesawat tempur buatan AS dan Uni Soviet (sekarang Rusia).
Kedua musuh bebuyutan yang pesawat tempurnya teah bertahun-tahun bertarung di udara itu bisa diidentifikasi dari jenis pesawat tempur yang dioperasikan.
Misalnya dalam Perang Korea, pesawat MiG-15 Fagot Uni Soviet berseteru dengan F-86 Sabre AS.
Sedangkan dalam Perang Vietnam, MiG-17 Fresco dan MiG-19 Farmer mendapatkan lawan tangguh dari pesawat tempur AS yang lebih canggih dibandingkan F-86 yaitu F-4 Phantom.
Persaingan sengit yang kerap menimbulkan kejutan dan kecemasan itu mencapai puncaknya ketika pada tahun 1956, Soviet berhasil memproduksi jet tempur MiG-21.
Oleh Blok Barat atau NATO, produk anyar ini kemudian dijuluki Fishbed. Kehadiran MiG-21 Fishbed yang sangup mengusung bom berkepala nuklir di Perang Vietnam merupakan ancaman serius bagi AS.
Apalagi sejak kehadiran MiG-21 lusinan pesawat pembom dan tempur AS telah berhasil dirontokkan.
(Baca juga:Mau Tahu Berat atau Tidaknya Nama Anda? Yuk Cari Tahu dengan Perhitungan Nama Ala Jawa)
MiG-21 yang mulai dibuat pada tahun 1955 oleh Mikoyan-Guverich Design Bureau, memang diciptakan untuk menjadi pesawat fighter penyergap yang tangguh.
Teknologi dan persenjataan yang dimiliki oleh MiG-21 merupakan pengembangan dari pesawat MiG generasi sebelumnya, MiG-19.
Pada prinsipnya, MiG-21 ditargetkan menjadi pesawat tempur yang mudah dikontrol, beratnya makin ringan dan manuvernya lebih lincah, serta gampang diproduksi secara masal.
Simpelnya dapat dilihat dari sosoknya yang tipis bak anak panah atau rudal.
Prototipe awal MiG-21 yang dikenal sebagai Yc-6 sebenarnya mengalami kegagalan saat diuji coba terbang.
Menjelang 1957, MiG-21 sukses diproduksi tapi kehadirannya belum mengagetkan NATO karena sejumlah uji coba persenjataan dan teknologinya masih belum akurat.
Namun Soviet terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan hingga MiG-21 nonggol di Perang Vietnam dan mampu tampil sebagai fighter penebar maut.
Setelah menuai sukses dalam Perang Vietnam, MiG-21 yang kemudian diproduksi masal dioperasikan lebih dari 46 negara termasuk Indonesia.
Varian yang menunjukkan kemampuan setiap generasi MiG pun terus diproduksi hingga 1973.
(Baca juga:14 Hidangan Khas Berbuka Puasa di Berbagai Negara, Emm Yummy!)
Varian-varian MiG-21 itu antara lain MiG-21PF Fishbed D, MiG-21MF Fishbed E, MiG-21 RF Fishbed H, MiG-21 MF Fishbed J, MiG-21 PFMA Fishbed J, dan lainnya. Jumlah varian yang diproduksi kurang lebih 20 jenis.
Sedangkan jumlah total produksi MiG-21 yang sangat populer itu bahkan mencapai lebih dari 10.000 unit. Populasi dan keberadaan MiG-21 tersebar di hampir seluruh penjuru dunia.