Advertorial
Intisari-Online.com – Benarkah makanan tertentu bisa menambah risiko kanker? Bagaimana diet dapat mengurangi risiko tersebut? Pembahasan di bawah ini mencoba menjelaskan hubungan kedua hal tersebut.
Mari kita simak tulisan dr. Ny. Kun Martiono, Vegetarian, Pemakan Daging, dan Kanker, yang pernah dimuat di Majalah Intisari Health 2016.
Seiring dengan meningkatnya gaya hidup sehat di masyarakat, belakangan ini diet antikanker semakin dipopulerkan.
Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kanker kolon (usus besar) dengan konsumsi daging yang banyak dan antara kanker payudara dengan konsumsi lemak tinggi.
Baca Juga : Ini Alasan Daging Kambing Lebih Sehat Dibanding Daging Sapi atau Ayam
Kedua macam kanker itu lebih banyak berjangkit di AS dan Eropa daripada di negara-negara berkembang.
Salah satu mekanisme, hubungan antara kanker dan konsumsi lemak adalah bahwa lemak mempengaruhi sekresi hormon. Beberapa macam kanker seperti kanker payudara, kanker ovari serta dinding dalam rahim banyak dipengaruhi oleh hormon.
Kanker tersebut menurut penelitian, jarang dijumpai pada penganut vegetarian (tidak makan makanan berasal dan hewani) di Eropa.
National Research Council AS, sejak tahun 1982 dengan tegas menyatakan, adanya hubungan antara konsumsi banyak lemak dengan kanker.
Baca Juga : Ternyata Bukan Makanan Berlemak yang Membuat Gendut, tapi Ini Lho
Badan ilmiah ini menyarankan agar jumlah kalori dalam diet kita sebaiknya maksimal hanya 30% berasal dari lemak, kecuali pada bayi. Bahkan penelitian yang baru dilakukan terhadap 50.000 kelompok vegetarian penganut aliran agama Advent Hari Ketujuh di AS menunjukkan hasil yang mengejutkan.
Ternyata angka penderita semua jenis kanker kelompok ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain pada usia dan jenis kelamin yang sama. Tak hanya itu, usia rata-rata penganut aliran agama tersebut pun lebih panjang.
Fenomena serupa juga ditemukan pada kelompok sekte Mormon di Kalifornia penderita kanker 50% lebih rendah dari penduduk biasa karena mereka hanya sedikit makan daging.
Salah satu alasan mengapa pemakan daging lebih banyak terserang kanker antara lain mungkin karena daging hewan yang disimpan lama pasti mengandung penyakit.
Baca Juga : Efek Makanan Berlemak Ternyata Bisa Seperti Nakoba
Ini dapat dilihat dari perubahan warnanya menjadi abu-abu kehijauan. Pada umumnya para pelaku industri daging yang tidak bertanggung jawab mencoba menutupi perubahan warna ini dengan nitrit atau bahan pengawet lain.
Zat tersebut membuat daging kelihatan merah. Diduga keras hal ini menjadi salah satu penyebab kemungkinan penyakit kanker (karsinogen).
Para ilmuwan Inggris dan Amerika juga telah mempelajari bakteri usus pemakan daging dibandingkan dengan bakteri usus pemakan tumbuh-tumbuhan.
Ternyata terdapat perbedaan yang jelas. Bakteri dalam usus pemakan daging yang bereaksi dengan cairan pencernaan menghasilkan zat kimia penyebab kanker.
Baca Juga : 5 Manfaat Luar Biasa Duku, Dapat Cegah Kanker dan Baik Bagi Jantung!
Di daerah khatulistiwa penyakit ini relatif rendah dan prevalensinya meningkat ketika menjauh dari khatulistiwa. Salah satu pengecualian adalah Jepang. Di situ jumlah penderita kanker payudara dan usus besar rendah. Diduga karena penduduk banyak makan ikan.
Sebaliknya, di daerah yang produksi ikannya menurun drastis, seperti di Kutub Utara, kanker usus besar dan payudara melonjak dua kali lipat.
Vitamin dan kanker
Bahan yang paling banyak diteliti dalam pencegahan kanker adalah vitamin: vitamin A alamiah dan beta-karoten suatu produk vitamin dari tumbuh-tumbuhan yang oleh badan diubah menjadi vitamin A.
Baca Juga : Antioksidan dalam Mangga Membantu Melindungi Tubuh Terhadap Kanker
Beta-karoten terdapat pada buah-buahan dan sayuran berwarna kuning tua (wortel, ubi jalar, aprikot) dan dalam sayuran berwarna hijau tua (bayam dll).
Vitamin A alamiah juga terdapat pada makanan hewani seperti susu, hati, dan kuning telur.
Beberapa penelitian mengenai kanker paru-paru memperlihatkan bahwa penderita kanker ini makan vitamin A lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok observasi yang bukan penderita.
National Cancer Institute AS mengemukakan bahwa makanan yang banyak mengandung karoten atau vitamin A bisa mengurangi risiko terkena kanker.
Baca Juga : Kanker Payudara pada Pria Sangat Langka Terjadi, Tetapi Pria Ini Malah Mengalaminya Dua Kali
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana vitamin D dapat menahan penyakit kanker. Namun, yang jelas vitamin D yang terdapat pada kuning telur, hati, susu, ikan tuna, salmon dan ikan-ikan gemuk lain, membantu tubuh menyerap kalsium.
Zat ini dapat membantu mencegah sel liar dalam tubuh yang mengakibatkan kanker.
Berdasarkan fakta ini, National Institute of Health, AS mengadakan penelitian pada sekitar, 60.000 wanita yang melewati masa menopause, dengan memberikan kalsium dan vitamin D selama 9 tahun untuk membantu berkurangnya penderita kanker usus besar dan kerapuhan tulang.
Buanglah minyak bekas
Baca Juga : Benarkah Minyak Goreng Bikin Kita Sulit Konsenterasi?
Menurut WHO, kecuali kanker paru-paru karena rokok, perkembangan penderita kanker usus besar di Indonesia juga meningkat. Diduga ini ada kaitannya dengan banyak jenis makanan Barat yang masuk ke Indonesia. Khususnya fast food seperti ayam goreng dan hamburger.
Penelitian di AS mengatakan bahwa kalori dan lemak hewani dalam makanan ini termasuk berlebihan dan bisa merangsang karsinogen penyebab kanker.
Makanan yang mengandung lemak berlebihan ini, merupakan salah satu penyebab kanker usus dan payudara. Dibuktikan bahwa negara yang mengkonsumsi lemak tertinggi, seperti AS dan Inggris jumlah penderita kankernya tertinggi pula.
Di Jepang, malah dikatakan bahwa sejak wanita Jepang beralih ke makanan fast food, selama 10 tahun, penderita kanker payudara naik hampir 60%.
Baca Juga : Pilah-pilah Minyak Goreng
Untuk mencegah kanker usus besar, perlu diet makanan berserat seperti sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan karena serat akan menimbulkan keinginan buang air besar. Dengan demikian tinja akan lebih cepat dikeluarkan dari saluran cerna.
Maklum, tinja yang terlalu lama tertampung dalam usus besar akan membentuk toksin seperti asam empedu yang akan merangsang mukosa (dinding dalam) usus besar yang bisa menjadi penyebab kanker usus besar.
Belakangan diberitakan bahwa sayuran brokoli dan kembang kol bisa mencegah kanker. Sayuran ini diperkirakan mengandung zat antikanker, sulforaphane. Zat ini mampu mempercepat produksi enzim yang diduga dapat, menahan sel penyebab k anker.
Sumber senyawa karsinogen lain lagi berasal dari proses pemasakan. Zat karsinogen seperti benzopyrene dan polycyclic hidrokarbon terbentuk apabila daging diasap.
Baca Juga : Duh, 18 Merk Margarin Ini Mengandung Zat Karsinogenik Pemicu Kanker!
Bisa juga kalau daging, ayam, ikan atau makanan lain lagi digoreng dengan minyak goreng yang dipergunakan berulang kali. Minyak jelantah ini tidak baik buat kesehatan.
Senyawa kimia yang karsinogen sebagai hasil cara pemasakan bisa menjadi penyebab kanker perut dan kanker colorectal (usus besar dan usus bagian bawah).
Jamur, atau mikroorganisme pada makanan yang disimpan lama juga dapat memproduksi senyawa karsinogen. Aflatoksin hasil produksi jamur Aspergillus flavus merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan besar penyebab kanker hati.
Kanker hati lebih banyak lagi terjadi pada penderita infeksi virus hepatitis B kronis. Rupanya, aflatoksin dan virus hepatitis B dapat bersahabat untuk menciptakan kanker hati.
Baca Juga : Ingin Minimalkan Risiko Kanker? Coba Buat 5 Minuman Alami untuk Antikanker Ini
Sebagian food additives atau zat-zat kimia yang digunakan untuk memasak atau mengawetkan, makanan, memberi warna, aroma, rasa konsistensi dari makanan itu dapat pula termasuk karsinogen.
Sebenarnya, konsumen yang yang tidak menyadari bahwa makanannya telah ditambahi zat-zat kimia tertentu perlu dilindungi secara hukum dalam pengaturan atau undang-undang keselamatan makanan.
Memang tidak mungkin melaksanakan diet untuk melindungi kita dari segala macam jenis kanker. Mengikuti petunjuk ini bukanlah suatu jaminan untuk menghindari kanker.
Namun, jelas diet ini dapat mengurangi risiko kanker!