Akhirnya Letjen Ter Poorten menandatangani naskah penyerahan yang sudah disiapkan oleh pihak Jepang.
Hari itu jatuhlah kekuasaan Belanda di Indonesia ke tangan Jepang.
(Baca juga: Hiroo Onoda, Tentara Jepang yang Sampai Ajal Menjemput pun Tak Sudi Menyerah kepada Tentara Sekutu)
Museum Hidup Kalijati
Kalijati ternyata cukup terkenal di peta sejarah dunia, karena pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang di sana.
Tahun 1942, tempat tersebut masih susah dicapai melalui jalan darat, sampai-sampai Letjen Imamura memerlukan waktu sehanan untuk tiba di sana dari Batavia.
Kini, kita hanya memerlukan waktu lebih kurang satu setengah jam, sebab jalannya sudah mulus.
Pangkalan AU Kalijati dulu dibangun Belanda untuk mempertahankan kota-kota di Jawa Barat.
Meskipun landasan pangkalan itu masih merupakan tanah lapang berumput yang dikeraskan, namun sudah memungkinkan pesawat-pesawat tempur waktu itu terbang dan mendarat dengan leluasa.
Tidak urung Jepang bisa merebutnya pada hari pertama penyerbuan mereka.
Pangkalan itu dikelilingi oleh kebun tebu yang lebat, sehingga bila dilihat dari ketinggian nampak seperti lapangan bola yang besar.
Sampai kini tempat itu masih dipergunakan untuk latihan terbang layang maupun terjun payung.
Pesawat-pesawat yang tersirnpan di hanggar masih terawat dengan baik. Kalau perlu masih bisa diterbangkan.
Maka itu dinamakan museum hidup. Pemandangan di sepanjang jalan menuju ke sana cukup menartk, dan yang lebih menyenangkan, kendaraan yang lewat belura sepadat jalur Puncak.
(Baca juga: Death Of Conversation: Saat Perilaku Manusia Dijajah Ponsel)
Bukan cuma itu yang bisa ditawarkan daerah tersebut. Kalijati yang terletak antara Cikampek dan Subang itu letaknya tidak jauh dari daerah wisata Ciater yang memiliki pemandian air panas.
Pulangnya Anda bisa mampir lagi ke Maribaya, Lembang maupun Tangkuban Perahu. (Pras)
(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1989)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR