Advertorial
Intisari-Online.com – Ayam goreng ada di mana-mana. Bebek goreng juga tidak sulit ditemukan. Tapi bebek tik tok goreng atau bakar, mungkin hanya ada di Depok.
Tik tok adalah bebek jenis khusus yang kualitas dagingnya lebih bagus daripada bebek biasa. Tik tok sendiri merupakan hasil persilangan itik dan entok.
Kita bisa mendapatkan makanan berbahan unggas unik ini di Depok, tepatnya di rumah makan Tik Tok van Depok.
Sesuai namanya, menu andalan di warung ini adalah olahan berbahan daging tik tok.
(Baca juga:Inilah 18 Profesi Dunia Kuliner Yang Menggiurkan)
Nama tik tok ini diciptakan oleh Ir. Santoso Djalu Wahono, penyilang dua unggas ini, yang juga suami dari Sumiati, pemilik warung.
Tersedia berbagai macam menu di sini, mulai dari bebek goreng atau bebek bakar, bebek saus tiram, sampai tongseng tik tok yang menggunakan susu segar, bukan santan.
Menu-menu ini berbahan dasar daging tik tok yang khas. Daging unggas hasil persilangan ini sangat empuk, seempuk daging ayam.
Lemak di kulitnya pun tidak setebal pada bebek, tapi rasa gurihnya seperit bebek. Ukurannya juga bisa sebesar bebek, tapi tekstur dagingnya sangat lembut.
Anda yang gemar bertualang makanan enak harus mencobanya.
Kelezatan menu Tik Tok van Depok ini tidak semata-mata karena unggas ini hasil persilangan bebek dan entok. Proses membuat makanan enak bahkan sudah dimulai sejak pemilihan bahan baku.
Sumiati menernakkan sendiri unggas ini. Ia hanya memotong tik tok yang usianya 1,5 – 2 bulan dengan berat 2 – 2,4 kg/ekor.
“Masih muda, dagingnya empuk, tapi ukurannya cepat besar,” katanya. Yang pasti, tik tok goreng dan bakar di tempat ini tidak meninggalkan bau amis sama sekali.
Karena teksturnya sudah lembut, pengolahan daging tik tok ini hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit. Lebih dari itu, dagingnya justru akan rontok.
(baca juga:Seperti Apa Rumah Makan Padang di Kampung Asalnya?)
Memasaknya pun cukup menggunakan panci biasa, bukan panci presto. Selanjutnya, tik tok akan diproses seperti biasa, digoreng atau dibakar.
Yang unik, untuk membakar tik tok, Sumiati tidak menggunakan arang. Ia memanggang potongan tik tok di atas tungku berisi batu vulkanik.
“Setelah kami coba, ternyata hasil masakan tidak berbau sangit, karena batu ini tidak menimbulkan asap.” Selain itu, batu vulkanik juga lebih irit, karena bisa dipakai selama beberapa tahun.
Sepotong tik tok goreng di sini berukuran cukup besar sebab satu ekor tik tok hanya dipotong menjadi enam. Rasanya, nasi satu piring masih kurang jika dibandingkan dengan daging tik tok yang cukup besar.
Tapi jangan khawatir, di sini kita bebas mengambil nasi, karena hanya dihitung per orang.
Sebagai pendamping, tersedia sambal terasi dan sambail cabai hijau yang bsia membuat lidah kepedasan.
Lebih enak lagi kalau kita menikmatinya dengan sedikit kecap manis, lalu suwiran daging bebek kita cocolkan ke sambalnya. Hmmm…. lezat dah.
Jika Anda tidak ingin kehabisan tik tok, sangat disarankan Anda berkunjung ke sini siang hari. Soalnya, warung ini cukup ramai, sementara stok tik tok terbatas.
Maklum, semua tik tok yang dipakai di sini berasal dari ternak sendiri. (Sht/Ron)
Silangan bebek dan entok
Awalnya Sumiati hanya mencoba-coba beternak bebek untuk dikonsumsi sendiri dan dipasok ke hotel.
Selanjutnya, bersama suaminya, ia pun belajar dari para petani dan berbagai lembaga penelitian pertanian.
Maka mulailah ia menyilangkan berbagai jenis bebek dari bermacam-macam daerah.
Hasil paling memuaskan hasil silangan bebek mojosari putih dengan charli peli. Hasil silangan ini dinamai bebek santos, mengambil nama suaminya Santoso.
(Baca juga:Jason Falbo, Dipenjara Satu Tahun karena Menggilas Sembilan Anak Bebek dengan Mesin Pemotong Rumput)
Selanjutnya, pasutri ini kembali mengawinkan bebek santos dengan entok, sampai diperoleh unggas yang diberi nama tik tok pada tahun 2001. Nama dan jenis unggas ini telah didaftarkan hak patennya pada tahun 2002.
Tik tok ini memiliki bulu yang putih bersih, sehingga akan memudahkan saat dibersihkan. Bulunya yang putih tersebut akan tampak kontras dengan daging bebek yang agak gelap.
Ini berbeda dari bebek biasa yang bulunya berwarna hitam dan sulit dibersihkan.
Di peternakan mereka, tik tok mendapat pakan berupa dedak, jagung, keong, dan limbah ikan. Mereka tidak menggunakan pakan pabrik karena akan membuat tik tok memiliki lemak yang tinggi.
Selanjutnya, untuk pemotongan, tik tok dibawa ke rumah pemotongan hewan (RPH). Mereka memang tidak memotong sendiri ternak itu, supaya tidak direpotkan oleh pengolahan limbahnya.
Selain itu, dengan memotong di RPH, produk mereka akan mendapat sertifikasi halal.
Tik Tok van Depok: Jln. Kukusan 81-A, Belakang Kampus UI, Depok. Telp 021-7868322. Buka setiap hari pukul 10.00 – 22.00
(Seperti pernah dimuat di Buku Wisata Jajan Jabodetabek – Intisari)