Intisari-Online.com -Dalam kata pengantarnya, Bondan Winarno menulis: Bhineka Tunggal Ika. Amsal Tantular yang penuh tuah ini ternyata juga bermanifestasi pada beragam kuliner Indonesia. Bangsa Indonesia sungguh terbekahi dengan kekayaan kuliner yang jumlahnya ribuan.
Ribuan ragam kuliner Nusantara itulah yang coba Bondan Winarno rangkai dalam buku terbarunya, "100 Makanan Tradisional Indonesia Mak Nyus". Buku dengan tebal 550 halaman itu secara eksplisit menggambarkan berwarnanya kuliner Nusantara. Baik yang sudah banyak dikenal maupun yang jarang "terkecap" beradaannya.
Dari buku yang pertama kali terbit pada September 2013 ini, kita bisa mengintip bagaimana kayanya kuliner Indonesia. Betawi misalnya, selain kerak telur, ada ketupat babanci yang terancam punah. Ada juga jenis ikan-ikanan macam gurame pecak juga gabus pucung. Ada juga boboto dari Maluku yang secara tekstur hampir mirip dengan botok Jawa. Boboto Maluku biasanya dibuat dari ikan cakalang segar atau juga cakalang fufu atau asap.Muncul juga kisah tentang Tumpeng Nusantara. Kisah ini bermula di akhir 2012, saat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Eka Pangestu, mencanangkan Ikon Kuliner Tradisional Indonesia yang diawali dengan 30 jenis sajian dari seluruh Indonesia, yangnantinya akan diikat oleh Tumpeng Nusantara.Tatanama Tumpeng Nusantara sengaja dipilih untuk membedakan dengan tumpeng yang sering digunakan dalam tradisi upacara di Jawa. “Jadi, Tumpeng Nusantara adalah bentuk modern da profan dari tumpeng yang purba dan sakral,” tulis Bondan.
Buku ini bukan tak ada cela. Tidak semua provinsi terwakili kulinernya dalam buku ini. Misalnya kuliner Papua, Lampung, dan Bengkulu. Tak hanya itu, kuliner yang ditampilkan rata-rata adalah kuliner besar yang menjadi sajian utama daerah tertentu. Meskipun begitu, buku ini bisa menjadi tonggak awal pencatatan kuliner Indonesia secara lebih komprehensif dan lengkap.