Pria itu memutuskan teleponnya. Dan gadis itu merasa seperti seseorang membanting pintu di wajahnya.
(Baca juga: Ketika Kita Memaafkan Seseorang Tanpa si Pelaku Tahu Kita Telah Mamaafkannya)
Banyak hal terlintas dalam benak gadis itu, air mata mengalir di sekujur tubuhnya. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Ia mulai kesepian, sedih, dan patah hati. Ini adalah jawaban untuk semuanya.
Kata-kata pria itu bagai mengiri-iris hatinya. Hatinya bergolak! “Kenapa?” teriak gadis itu menjerit. Lalu ia memutuskan untuk mendapatkannya kembali. Gadis itu menelepon pria itu.
“Hai,” kata gadis itu.
“Mengapa kau menelponku?” tanya pria itu.
“Aku perlu memberitahumu sesuatu,” kata gadis itu.
“Silakan.”
“Aku hanya ingin kau tahu satu hal sebelum kita berhenti berbicara!”
“Katakan padaku.”
“Apa kau baik-baik saja?” tanya gadis itu.
Tak ada jawab. Ia mungkin tidak peduli lagi padanya, pikir gadis itu. Air mata perlahan-lahan mengalir di pipinya. Ia meninggalkan rumah dengan catatan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR