Advertorial

Tiga Pengebom Nuklir Ini Sudah Sangat Uzur Tapi Masih Mampu Ciptakan Neraka Dunia dalam Sekejap Mata

Ade Sulaeman

Editor

Kendati sudah berusia tua dan telah mengabdi kepada USAF hingga lebih dari 60 tahun, pesawat bermesin enam dengan kecepatan subsonik itu tetap dimodernisasi.
Kendati sudah berusia tua dan telah mengabdi kepada USAF hingga lebih dari 60 tahun, pesawat bermesin enam dengan kecepatan subsonik itu tetap dimodernisasi.

Intisari-Online.com - Militer AS khususnya Angkatan Udaranya (USAF) masih memiliki tiga jenis pesawat pengebom nuklir strategis B-52 Stratofortress, B-2 Spirit dan B-IB Lancer yang sekalipun sudah berusia tua tapi dalam kondisi siap tempur untuk menjatuhkan bom nuklir.

Pesawat pengebom nuklir B-IB Lancer yang kualifikasinya menduduki peringat terendah bahkan dijagokan oleh Presiden Donald Trump untuk sewaktu-waktu melancarkan serangan nuklir terhadap Korea Utara.

Pesawat pengebom B-52 Stratofortress yang merupakan pengebom strategis jarak jauh USAF sudah beroperasi dari era Perang Dingin (1954) hingga konflik di Afghanistan yang masih berlangsung hingga saat ini.

Kendati sudah berusia tua dan telah mengabdi kepada USAF hingga lebih dari 60 tahun, pesawat bermesin enam dengan kecepatan subsonik itu tetap dimodernisasi.

Pada tahun 2015 sejumlah B-52 sudah menjalani program upgrade sehingga bisa dioperasikan sampai tahun 2040.

(Baca juga: Amerika Serikat dan Korea Utara Terus Saling Lempar Ancaman, Jepang Gelar Latihan Hadapi Serangan Rudal Nuklir)

USAF sendiri telah menerima 6 unit B-52 yang sudah di upgrade pada awal tahun 2016 lalu.

Namun demikian melihat fakta bahwa B-52 memang sudah merupakan pesawat pengebom yang sudah tua, bahkan lebih tua dari para pilot dan awaknya, USAF meminta sudah layaknya ada pengganti bagi jajaran B-52 yang sangat legendaris itu kendati masih dioperasionalkan.

Sementara pengebom B-2 Spirit, yang merupakan andalan USAF karena memiliki teknologi stealth sebenarnya masih diunggulkan.

Tapi karena biaya produksi dan perawatannya sangat mahal membuat Kongres AS sangat membatasi produksinya.

Semula USAF akan mengoperasikan sebanyak 136 B-2 tapi Kongres hanya menyetujui pembelian sebanyak 21 unit.

(Baca juga: Bermodal Data Curian, China Bikin Pesawat Pengebom Nuklir Siluman yang Bisa Terbang Langsung ke AS dan Indonesia)

Tahun 2008, satu B-2 pernah jatuh saat take off di pangkalan Anderson Air Force Base, Guam dan terbakar.

Namun, kedua pilotnya selamat. Jatuhya B-2 senilai 1,4 milliar dollar itu merupakan kecelakaan pesawat tempur paling mahal di dunia dalam sejarah AS dan mengakibatkan pesawat B-2 lainnya untuk sementara dilarang terbang.

Tapi setelah selesai melakukan investigasi, sebanyak 20 pesawat B-2 lainnya dinyatakan laik terbang.

Hingga kini sebanyak 20 pesawat B-2 yang mampu terbang hingga ketinggian lebih dari 50.000 kaki dan menempuh jarak 19.000 km dengan satu kali air refueling itu akan dioperasikan oleh USAF sampai tahun 2058.

Tapi karena B-2 sudah terbang lebih dari dua dekade, Pentagon menginginkan pesawat pembom stratgeis ini segera ada penggantinya.

(Baca juga: Penduduk Hawaii Lakukan Latihan Keselamatan Menghadapi Serangan Nuklir Korut, Benarkah Mereka Tak Percaya Militer AS?)

Sedangkan pesawat pengebom B-1 B Lancer, dibandingkan B-52 dan B-2, merupakan pesawat pengebom yang paling layak diganti karena selain sudah tua juga tidak bisa membawa bom nuklir untuk misi tempur jarak jauh.

Hingga saat ini pesawat pengebom berkecepat supersonik dan bermesin enam itu masih dioperasikan untuk mendukung misi tempur NATO di Afghanistan, Irak, dan Semenanjung Korea.

USAF sendiri akan mengoperasikan sejumlah B-1 yang sudah di upgrade hingga tahun 2030.

Namun, karena tidak mampu membawa bom nuklir untuk misi tempur jarak jauh dan usia tua, USAF dan Pentagon juga sama-sama menginginkan pengganti bagi armada B-1 B Lancer yang sudah beberapa kali mengalami accident itu.

Sesuai data yang dimiliki USAF pada Agustus 1984, satu B-1B jatuh saat dilaksanakan latihan terbang kecepatan minimum pada ketinggian rendah dan mengakibatkan tes pilotnya, Doug Benefield tewas serta dua awak lainnya luka-luka.

Bulan September 1987, B-1B dari unit 96th Bomber Wing jatuh saat latihan terbang pada kecepatan rendah, akibatnya enam orang awak yang mengoperasikan B-1B meskipun bisa melontarkan diri tewas.

Mengetahui bahwa kelemahan B-1B terjadi ketika terbang rendah pada kecepatan yang juga rendah, berbagai upaya perbaikan terus dilakukan terhadap B-1B.

Tapi hingga tahun 2013 kecelakaan terus saja terjadi sehingga dari sebanyak 100 unit B-1A/B yang diproduksi , tujuh di antaranya telah jatuh.

Namun terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi oleh tiga generasi pesawat pengebom nuklir itu, USAF berniat terus mengoperasikannya.

Apalagi tiga jenis pesawat pengebom nuklir tersebut masih mampu menciptakan neraka dunia dalam sekejap mata.

Artikel Terkait