Advertorial

Ke Sleman, Tak Lengkap Bila Belum Memetik Langsung Salak Pondoh yang Kabarnya Disukai Selandia Baru

Moh Habib Asyhad

Editor

Pondoh bukan nama daerah, tapi bahasa setempat untuk calon manggar (mayang kelapa). Salak ini dinamai salak pondoh karena rasanya tidak sepat tapi manis seperti calon mayang kelapa.
Pondoh bukan nama daerah, tapi bahasa setempat untuk calon manggar (mayang kelapa). Salak ini dinamai salak pondoh karena rasanya tidak sepat tapi manis seperti calon mayang kelapa.

Intisari-Online.com – Anda tentu kenal salak yang satu ini.

Namanya kondang sebagai jenis salak yang enak. Jika sering makan buahnya, kini saatnya Anda berkunjung langsung ke kebun asalnya di Sleman, DI Yogyakarta.

Pondoh bukan nama daerah, tapi bahasa setempat untuk calon manggar (mayang kelapa). Salak ini dinamai salak pondoh karena rasanya tidak sepat tapi manis seperti calon mayang kelapa.

Salak pondoh berasal dari daerah Turi dan Pakem, Sleman, di sebelah utara Kota Yogyakarta. Sebagian besar penduduk daerah ini punya kebun salak. Hasil kebun dijual di sepanjang jalan di kawasan ini.

(Baca juga:Daerah yang Rawan Kejahatan di Sleman, Yogyakarta)

Tapi kalau Anda ingin melakukan wisata kebun, tidak sekadar membeli salak, maka sebaiknya berkunjung ke Agrowisata Salak Pondoh di Desa Bangunkerto, Turi, Sleman.

Agrowisata yang dikelola pemerintah desa ini menempati lahan sekitar 27 hektar. Buka tiap hari pukul 08.00 -16.00 dengan tiket masuk Rp 8.000,- per orang.

Di sini setiap rombongan pengunjung, minimal dua orang, akan ditemani pemandu yang akan menjelaskan serba-serbi salak pondoh selama sekitar 30 menit.

Di dalam kebun, kita juga bisa memetik dan makan salak. Satu orang boleh memetik hingga lima buah. Boleh dimakan di tempat tapi tidak boleh dibawa keluar.

Sambil menikmatinya, kita bisa mendengarkan pemandu menjelaskan segala hal tentang salak pondoh.

Di kebun ini ada dua macam salak, yaitu salak pondoh hitam dan super. Salak pondoh hitam, seperti namanya, kulitnya berwarna cokelat kehitaman. Bagian daging buahnya berwarna putih. Rasanya manis.

Salak pondok super warna kulitnya cokelat terang, dagingnya kekuningan, rasanya lebih enak, perawatan pohonnya juga lebih mudah.

Agrowisata ini hanya menawarkan wisata kebun. Kalau kita mau membeli salak untuk oleh-oleh, kita bisa membelinya di penjual-penjual di sepanjang jalan di dekat agrowisata.

Saat Intisari melakukan liputan ini, harga salak hanya Rp 5.OOO,-/kg.

Buah ini tidak mengenal musim. Sejak berumur tiga tahun, pohon salak akan terus berbuah sepanjang bulan, sepanjang tahun. Jadi, kapan pun Anda datang ke sini, buah salak selalu tersedia.

(Baca juga:Menurut Kepercayaan Gunung Merapi Itu Ditunggui oleh 9 Makhluk Halus, Siapa Saja Mereka?)

Butuh udara Sleman

Salak pondoh ini merupakan buah khas dari Sleman, lebih tepatnya di daerah kaki Gunung Merapi.

Jika ditanam di tempat lain, rasanya akan berbeda. Ini karena salak pondoh memang membutuhkan unsur-unsur hara tanah Sleman, yang merupakan hasil erupsi Gunung Merapi selama berabad-abad.

Selain salak pondoh, Sleman juga penghasil salak madu. Yang satu ini jenis salak paling mahal. Harganya sekitar Rp 25.000 - 40.000,-/kg.

Sangat mahal karena memang rasanya juga jauh lebih enak. Anda bisa membeli salak ini di Balerante, Kecamatan Wonokerto, tak jauh dari Desa Bengunkerto. Lokasi persisnya, tanyakan saja kepada pemandu agrowisata.

Jika Anda ingin membawa salak sebagai oleh-oleh, pastikan buah tidak busuk dalam perjalanan.

(Baca juga:Sebelum Meninggalkan Yogyakarta, Mampirlah ke Warung Brongkos Bu Padmo. Pasti Bikin Jatuh Cinta!)

Jika mungkin, saat membelinya, pilihlah salak yang masin di tandan, belum dipereteli. Jangan masukkan salak ke dalam wadah yang tertutup rapat.

Mintalah kepada penjualnya wadah keranjang anyaman bambu.

(Diambil dari Buku Wisata Jajan Yogyakarta – Intisari)

Artikel Terkait