Intisari-Online.com - Suatu ketika pas ada seminar di Bali tentang keanekaragaman hayati, ada lapak yang menjual wine. Penasaran saya mendekat dan mencicipi. Ternyata wine ini bukan dari anggur, tapi salak. Tanya lebih lanjut produksinya di Desa Sibetan.
Desa Sibetan merupakan desa penghasil buah salak, dan dikenal dengan nama salak bali. Salaknya memiliki citarasa tersendiri dan berbeda dari buah salak di daerah lain di Indonesia. Bila produksi panen salak di bulan Desember – Februari melimpah penduduk setempat membuat buah salak menjadi produk olahan. Selain wine juga dodol salak, kripik salak, sirup salak, dan manisan salak. Di Agro Wisata Desa Sibetan ini pengunjung yang datang dapat melihat langsung, memetik dan proses panen salak serta juga dapat mengetahui tentang bagaimana salak-salak itu dipasarkan.
Nyoman Suketi, salah satu produsen keripik salak di Karangasem menyebutkan dalam sebulan di saat penjualan ramai, ia bisa menjual hingga 500 bungkus keripik salak ukuran 250 gram. Harga per bungkus di kisaran Rp22.000.
Bagaimana rasanya? Rasa sepat namun selintasan manis khas salak terasa di setiap gigitannya. Garing namun irisannya tebal.
Selain keripik salak, Suketi juga memproduksi keripik nangka. Camilan unik lainnya adalah dodol salak yang dimasak selama 4 jam. Per kemasan dodol salak dijual dengan harga Rp6.000.
Manisan salak juga menjadi camilan favorit yang dibeli turis. Rasanya manis namun tak terlalu menyengat. Ada pulai selai dari salak dan madu salak. Mau yang tak terlalu manis dan cenderung gurih? Bisa coba asinan salak.
Produk-produk ini cocok menjadi oleh-oleh khas Karangasem. Anda bisa membelinya di Toko Oleh-oleh Werdhi Guna Food yang berada Desa Sibetan. Selain berbelanja aneka camilan terbuat dari salak, pengunjung juga bisa melihat langsung proses pembuatannya. (Kompas.com)