Kejutan-kejutan Pulau Enggano untuk Indonesia: Dari Salak Hutan hingga Ular Langka yang Tak Disangka-sangka

Moh Habib Asyhad

Editor

Kejutan-kejutan Pulau Enggano untuk Indonesia: Dari Salak Hutan hingga Ular Langka yang Tak Disangka-sangka
Kejutan-kejutan Pulau Enggano untuk Indonesia: Dari Salak Hutan hingga Ular Langka yang Tak Disangka-sangka

Intiasri-Online.com -Ekspedisi yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berhasil mengungakap kejutan-kejutan Pulau Enggano untuk Indonesia. Dari salah hutan hingga ular langka yang belum diketahui sebelumnya. Dari burung hantu aneh hingga jahe yang terlihat unik.

Kita tahu, oleh sebuah proses geologi yang berlangsung jutaan tahun yang lalu, Pulau Enggano--yang masuk wilayah Provinsi Bengkulu--terpisah dari Sumatera.

Salah satu flora aneh yang ditemukan oleh para peneliti adalah jahe-jahean yang tidak seperti jahe umumnya yang dibuat wedang yang dinamai Zingiber engganoensis; berbeda dengan jahe lain, jahe ini memiliki daun yang lebih tipis serta bunganya yang khas.

Amir Hamidy, koordinator ekspedisi Enggano, mengungkapkan bahwa kebaruan spesies jahe itu telah dikonfirmasi dengan analisis DNA. “Bulan depan mungkin sudah akan terbit publikasi spesies baru ini,” ungkapnya dalam konferensi pers di LIPI, Kamis (5/11), seperti dilansir Kompas.com.

Tak hanya jahe, para peneliti juga menemukan salak yang diklaim sebagai salak jenis baru. Salak itu, saat ini, dideskripsikan sebagai asam kelubi (Eleiodoxa conferta). Namun, penampakannya mirip dengan salak umumnya, Sallaca affinis. Bisa jadi ini adalah salak khas Enggano.

Inilah jahe khas Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu/Kompas.com

Sementara untuk fauna, para peneliti menemukan dua jenis burung baru. Salah satunya adalah burung hantu, Ninox spp. Jenis lain adalah raja udang, Alcedo spp. Raja udang di Enggano berbeda signifikan dengan jenis yang sama di Pagai dan Mentawai.

Ada juga dua jenis katak, yang oleh Amir disebut memiliki bahasa yang berbeda dengan jenis lainnya untuk menarik lawan jenisnya. “Bahasa antara katak di Bengkulu dengan di Enggano berbeda. Kalau sudah bahasanya berbeda, berarti jenisnya juga berbeda.”

Para peneliti memperkirakan ada 14 spesies yang diyakini pasti baru. “Satu tumbuhan, 2 katak sudah yakin baru karena analisis genetiknya sudah keluar, 2 kelelawar, 1 jenis ikan, 2 jenis udang, 2 jenis capung, dan 4 jenis kupu-kupu,” Amir membuat perincian.

Kejutan lain dari Enggano adalah spesies ular Coelognathus enganensis. Selama 80 tahun, ular itu menghilang. Ekspedisi Enggano pada April-Mei 2015 lalu berhasil menemukannya kembali. Tak hanya ular, para peneliti juga menemukan udang jenis Macrobrachium bariense dan M placidulum. Keduanya biasa dijumpai di timur garius Wallacea atau secara umum di timur Sulawesi. Namun, untuk pertama kalinya, dua jenis itu dijumpai di Enggana yang notabene berada di bagian barat Indonesia.

Meski demikian, kedua jenis udang itu dijumpai dalam ukuran yang lebih kecil dibanding yang ada di Indonesia bagian timur. Bila di timur garis Wallace ukurannya antara 20-30 sentimeter, di Enggano ukurannya hanya 10-15 sentimeter. Karena itu, para peneliti LIPI meyakini bahwa dua udang tersebut merupakan jenis baru.

”Karena mengalami isolasi, perkembangan evolusi biotanya juga berbeda. Jadi, biota di Enggano sangat khas dan endemisitasnya tinggi,” Amir memungkasi.(Kompas.com)