Advertorial
Intisari-Online.com -Suster Kate mengejutkan dunia ketika dia memutuskan untuk menjual ganja di Etsy, pasar online untuk para perajin.
Lebih-lebih, dalam setiap postingannya di media sosial ia selalu mengenakan pakaian biarawati.
Sekitar enam bulan setelah diluncurkannya Sisters of the Valley Cannabis, Sister Kate, sosok di balik kelompok itu, telah menjual semua ganja yang dibuatnya.
Di halaman Etsy untuk CBD ia mengirimkan permintaan maaf: “Kami telah menjual sebagian barang dan memroses untuk yang barang yang dipesan.”
“Ini hal yang bagus untuk para biarawati, tapi tidak bagus untuk para pembeli,” lanjutnya.
Produk berbasis CBD alias Cannabidiol—kandungan aktif dalam ganja atau mariyuana, yang ia buat di rumahnya di California, sangat diminati karena mutunya yang bagus.
Dibuat menggunakan ramuan yang terkandung dalam ganja, yang mengandung sedikit THC (psikoaktif), membuat pasien yang mengonsumsi ramuan ini terbebas dari rasa sakit tanpa harus teler.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada sejumlah penelitian ilmiah yang menunjukkan CBD menjadi obat yang berpotensi mengubah hidup orang-orang dengan penyakit kronis.
Itulah yang ditawarkan oleh Sister Kate kepada para pasiennya—meski seorang dewan kota di Merced, California, mencoba melarangnya.
Untuk menghentikan aksi Sister Kate itu si dewan kota bahkan membuat petisi di Change.org yang salah satu isinya menyebut bahwa Sister Kate bukan seorang biarawati asli.
Memang benar, meski pernah belajar di sekolah Katolik untuk jad biarawati, Sister Kate memang bukan biarawati. Ia adalah seorang feminis vegan dengan hati yang begitu besar—yang gemar memakai baju biarawati.
(Baca juga:Sebuah Penelitian Kembali Membuktikan Keampuhan Ganja dalam Menumpas Kanker)
Sister Kate, nama aslinya Christine Meeusen, menghabiskan 12 tahun di sekolah Katolik untuk menjadi biarawati.
Di sekolah yang serba ketat itulah ia berkenalan dengan ganja. Ia pertama kali menghisap ganja ketika usianya persis 16 tahun. Karena ketatknya peraturan, kebiasaan itu simpan sendiri.
Tak lama setelah lulus dari University of Wisconsin, Meeusen mencoba berbisnis. Setelah bekerja cukup keras, ia sukses mendirikan bisnis konsultasi butik. Pada 1990, bersama suami dan ketiga anaknya, ia pindah ke Amsterdam.
Di kota inilah ia semakin menghikmati menghisap ganja.
Setelah bercerai dengan suaminya, pada 2008, ia kembali ke California. Tinggal di sebuah rumah mungil bersama anak-anaknya ia memutuskan membuka bisnis ganja skala kecil.
Tapi bisnis itu tak berjalan mulus. Setelah dua keponakannya menggagalkan usanya membentuk kolektif ganja, kakaknya mengecam bisnis itu dan menendangnya keluar dari rumah.
“Empat bulan saya menjadi gelandangan bersama putri saya yang masih SMA,” ujarnya kepada The Daily Beast.
(Baca juga:Kembalikan Dompet Penuh Uang yang Ia Temukan di Pinggir Jalan, Gelandangan Ini Dapat Ganjaran Setimpal)
Ketika menjadi gelandangan, ia bertemu banyak aktivis yang sedang menduduki Wall Street pada 2011 lalu. Mereka inilah yang banyak mempengaruhi cara berpikir Meeusen kemudian.
Tak hanya itu, di jalanan inilah nama Sister Kate muncul.
Nama itu terinpirasi dari pernyatan Kongres AS yang menyebut pizza sebagai sayuran.
“Jika pizza adalah sayuran, maka saya seorang biarawati,” ujar Meeusen. Sejak itu, ia memutuskan terus berpakaian laiknya para biarawati.
Di masa ini ia kembali merintis usaha ganjanya. Ia menyewa sebuah rumah kecil dengan halaman di mana ia bisa menanam ganja. Tanaman ganja itu kemudian dioleh menjadi minyak atau salep untuk kemudian dijual melalui situs Etsy.
(Baca juga:Biarawati Katolik Menjadi Sensasi Pop)
Pada 2014, ia meluncurkan Sisters of the Valley. Dan waktu itu ia tidak membayangkan bahwa bisnisnya itu akan berkembang menjadi sebesar sekarang ini.
Dibantu Sister Darcy, bisnis yang awalnya kecil itu perlahan bertambah besar. Ruangan produksinya juga dibuat semakin besar. Para pelanggan pun memberi pujian atas kerja keras Sister Kate.
“Selama 10 tahun, saya hidup dengan sakit dan mual,” ujar salah seorang pengguna.
“Saya telah mencoba begitu banyak resep sehingga saya tidak bisa mengingatnya, dan akhirnya saya menemukan sesuatu yang bisa mengurangi rasa sakit itu.”
Cara produksi Sister Kate memang tidak sembarangan. Dalam webnya ia menulis: “Dengan kekuatan siklus bulanan, dan rasa hormat sebesar-besarnya kepada Ibu Alam atas karunianya, kami memroses obat-obatan kami dengan cara kuno.”
Sangat spiritualis bukan?
Karena permintaan semakin banyak, Sister Kate ingin pindah ke tempat baru dengan lahan yang lebih luas sehinga ia bisa menolong lebih banyak orang.
“Kami tidak sepakat dengan konsep Katolik bahwa penderitaan itu normal dan menjadi bagian dari kehidupan,” ujar Sister Kate.
“Kami pikir itu omong kosong. penderitaan bukanlah bagian dari kehidupan.”
Meskipun banyak sekali perbedaan yang ia terima, sejauh ini banyak pemeluk Katolik yang mendukungnya. Bahkan ada seorang pendeta yang langsung datang kepadanya hanya untuk bilang bahwa aksinya luar biasa.