Advertorial
Intisari-Online.com - Jika diibaratkan dua pendekar yang sedang bertarung Korut seperti pendekar yang selalu pamer jurus baru sedangkan AS selalu memamerkan jurus penangkisnya.
Ketika Korut sukses meluncurkan rudal balistik (ICBM) pada hari Jumat (28/7) dan jarak jangkau rudal itu ketika dihitung bisa sampai daratan AS, militer AS pun tak mau tinggal diam.
Dua hari setelah uji coba rudal balistik Korut, Minggu (30/7) militer AS menjawab uji coba balistik Korut dengan mengoperasikan sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Alaska.
Uji coba dengan tujuan menyergap rudal yang sedang meluncur menuju daratan AS menggunakan ‘’rudal musuh’’ yang dilepaskan dari pesawat angkut raksasa C-17 Globemaster dan terbang di atas Laut Pasifik.
Rudal yang meluncur dari pesawat C-17 ketika melintas di atas udara Alaska lalu disergap menggunakan rudal yang ditembakkan oleh THAAD dan berlangsung sukses.
Langit di atas Alaska tampak terang benderang oleh ledakan yang diakibatkan dua rudal yang saling bertabrakkan di udara.
Tapi dari puluhan kali uji coba penyergapan rudal balistik menggunakan THAAD yang berharga sekitar Rp15 triliun itu, tidak semua rudal yang sedang meluncur di udara bisa disergap.
Pasalnya dari 15 rudal yang pernah ditembakkan dan disergap oleh sistem THAAD hanya 12 rudal yang bisa dilumpuhkan.
Itu berarti masih ada tiga rudal yang lolos atau kalau dalam peperangan nuklir yang sesungguhnya masih ada rudal yang kemungkinan besar dapat menghantam daratan AS.
Dengan fakta itu menjadi masuk akal jika warga AS masih khawatir terhadap ancaman rudal dari Korut.
(Baca juga: Penduduk Hawaii Lakukan Latihan Keselamatan Menghadapi Serangan Nuklir Korut, Benarkah Mereka Tak Percaya Militer AS?)
Pasalnya setiap Korut memamerkan peluncuran rudal balistik jenis baru, militer AS belum tentu bisa menangkisnya.