Intisari-Online.com -Serangkaian sanksi diberikan Amerika Serikat membuat Presiden Rusia Vladimir Putin geram.
Ia memerintahkan untuk mengusir 755 staf diplomatik AS di negara yang dulu bernama Uni Soviet itu.
Sanksi-sanksi itu sejatinya sudah dirancang sejak AS masih dipimpin Barack Obama.
(Baca juga:Menurut Teori Konspirasi Vladimir Putin adalah Drakula yang Abadi, Benarkah?)
Belum lama ini, Putin bilang bahwa lebih dari seribu orang telah bekerja dan masih bekerja di kedutaan dan konsutal-konsulta AS di Rusia.
“755 orang harus menghentikan aktivitas mereka di Rusia,” ujar Putin kepada salah satu stasiun televisi Rusia.
Ia bilang bahwa negaranya tak ingin menerapkan sanksi lanjutan. Meski demikian, ia pesimis bahwa hubungan kedua negara itu akan berubah dalam waktu dekat ini.
Dilaporkan BBC, pengusiran sebanyak 755 staf diplomat ini merupakan rekor pengusiran terbesar dari satu negara di era kiwari ini.
Tak hanya staf kedutaan, beberapa yang terdampak adalah staf konsulat di Ekaterinburg, Vladivostok, dan St Petersburg.
(Baca juga:Di kota Shanghai, Anak Dewasa yang Tak Mengunjungi Orangtuanya akan Mendapat Sanksi Berat)
Soal ini AS langsung bukan suara. Negeri Paman Sam ini menyayangkan aksi yang ditempuh Putin ini, yang dianggapnya tidak perlu itu.
Kita tahu, Kamu (27/7) lalu, Senat AS sepakat menjatuhkan rangkaian sanksi terhadap Rusia. Rangkaian sanksi terhadap Rusia dirancang sewaktu Barack Obama masih menjabat Presiden AS.
Kala itu, sanksi-sanksi tersebut didesain sebagai hukuman atas aksi Rusia menganeksasi Crimea dari Ukraina pada 2014.
Wujud sanksi beragam, antara lain pembekuan aset sejumlah petinggi pemerintah Rusia serta pembatasan pada industri minyak Rusia, sektor keuangan, teknologi, dan persenjataan.