Intisari-Online.com -Ketika orangtua memberi hukuman fisik kepada anak, pesan yang mungkin sampai pada anak adalah: aku salah dan aku dipukul.
Berarti aku boleh pukul teman kalau mereka salah.
Akhirnya, pelajaran yang anak tangkap yakni hukuman fisik adalah cara untuk memecahkan masalah.
Hukuman fisik juga meninggalkan dampak cukup besar pada anak. Dalam bukuMy Teen My Inspiration(Tika Bisono, 2008) terungkap bahwa anak yang menerima perlakuan kasar dari orangtua cenderung menyimpan dendam dalam hati.
(Baca juga:Tradisi Hukuman Pancung Memang Mengerikan, Tapi Mengapa Masih Dipraktikkan di Sejumlah Negara?)
Dendam itu sendiri sifatnya seperti bom waktu, yang pada banyak kasus akan meledak di masa-masa remaja.
Saat itu, mereka secara fisik, sudah mampu melakukan perlawanan dan secara pemikiran, menolak untuk memperoleh perlakuan kasar.
Hukuman tidak menyelesaikan masalah. Hukuman malah menambah trauma pada diri anak itu sendiri.
Anak sangat mungkin menaruh dendam pada orangtua, terlepas apakah orangtua menyadari atau tidak.
(Baca juga:Waspada! Depresi Tak Sekadar Pengaruhi Fisik, Tapi Juga Picu Bunuh Diri)
Anak yang mendapat hukuman fisik, ketika dewasa juga cenderung sering berpikir negatif dan agresif terhadap orang lain.
Anak mudah melampiaskan kemarahan kepada orang lain. Ia pun gampang tersinggung dan kerap menimbulkan perdebatan ketika diajak bicara. Dampak lainnya, anak bisa tumbuh menjadi orang yang anti-sosial.
Dia menghindari interaksi dengan orang lain. Rasa empatinya terhadap sesama juga sangat tipis.
Selain itu, jika sering mendapat hukuman fisik, anak selalu merasa takut.
(Baca juga:Hukuman Fisik Bikin Anak Berisiko Sakit Jantung dan Obesitas)
Sehingga ketika dewasa kelak ia tidak bisa melakukan segala sesuatu dengan maksimal karena dirundung gelisah.