Intisari-Online.com - Arab Saudi bersama negara-negara di kawasan Teluk Persia yang sudah cukup lama menghentikan hubungan diplomatik dan melaksanakan blokade ekonomi terhadap Qatar sebenarnya sudah mulai mengambil sikap lunak.
Sejumlah syarat yang harus dipenuhi agar Qatar bisa memiliki hubungan diplomatik secara normal dan lepas dari blokade ekonomi adalah menghentikan sama sekali bantuan keuangan terhadap kelompok teroris, tidak terlalu dekat dengan Iran, dan penarikan mundur pasukan militer Turki yang memilki pangkalan di Doha.
Tapi Qatar tenyata menolak semua tawaran damai dari Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya bahkan jika konflik diplomatik itu meluas menjadi konflik bersenjata, militer Qatar sudah siap menghadapinya.
Turki yang sudah dari tahun 2000-an memiliki pangkalan militer di Qatar demi meningkatkan perannya di kawasan Timur Tengah ternyata juga mengambil sikap serupa.
Secara diam-diam Turki terus menambah kekuatan militernya yang berada di pangkalan militer Doha baik dari jumlah persenjataan berat maupun jumlah personelnya.
(Baca juga: Tragis, Akibat Pemutusan Hubungan Diplomatik Arab Saudi-Qatar, Ribuan Unta Jadi Korban)
Pada tanggal 11 Juli lalu, sejumlah tank telah dikirim oleh militer Turki ke Doha untuk bergabung dengan pasukan tempur yang sudah ada, yakni Batalyon Tariq bin Sayid.
Sebanyak 45 tank lapis baja Turki tiba di Doha menggunakan pesawat angkut berat Super Hercules C-130 J melalui beberapa kali sorti penerbangan.
Selain tank, militer Turki juga mengirim meriam artileri Howittser T-155 Firtina yang jarak tembaknya bisa menjangkau sasaran hingga ratusan km.
Rupanya selain diam-diam mengirimkan pasukan dan persenjataan tempur, Turki juga diam-diam memanfaatkan keadaan Qatar yang makin genting.
Pasalnya penambahan kekuatan tempur Turki di Qatar secara perlahan akan membuat pengaruh Turki secara politik dan militer di kawasan Timur Tengah juga makin menguat.
(Baca juga: Jika Arab Saudi dan Qatar Akhirnya Berperang, Khususnya di Udara, Maka AS yang akan ‘Senang’)