Dalam PD I (1914-1918), pasukan Jerman yang bertempur melawan Perancis yang dibantu Inggris dan AS, pernah bertempur mati-matian di berbagai front Perancis.
Meskipun pasukan Jerman akhirnya kalah tapi pihak Perancis, Inggris, dan AS mengalami kerugian sangat besar baik dari sisi materi maupun korban jiwa.
PD I lalu memberikan pelajaran berharga bagi Perancis, yakni perlunya benteng yang kuat demi mencegah serangan Jerman dari arah perbatasan Perancis-Jerman.
Perancis kemudian membangun benteng yang kuat, Maginot Line yang membentang sepanjang perbatasan Perancis-Jerman.
Tapi benteng Maginot Line yang dilukiskan oleh Perancis tidak bisa ditembus kekuatan militer dari negara manapun ternyata masih memiliki kelemahan.
(Baca juga: Saat Adolf Hitler Ditikung Orang Kepercayaannya dan Dikibuli Ramalan Bintang)
Jumlah bunker yang berada di benteng Maginot Line di sisi selatan, yang berbatasn dengan Belgia, tidak serapat dibandingkan bunke-bunker yang berada di sisi utara.
Nazi Jerman ternyata tahu kelemahan itu, maka setelah berhasil menguasai Norwegia, pasukan Nazi segera bergerak tanpa dibendung untuk menguasai Belanda dan Belgia.
Dua negara itu pun bisa digulung dengan mudah oleh pasukan kilat Nazi dan setelah kemenangan gemilang itu, Hitler pun menyiapkan pasukannya untuk menggempur Perancis dari sisi selatan.
Untuk mengecoh Perancis, Nazi Jerman tetap melakukan serbuan dari sisi utara benteng Maginot Line dengan kekuatan terbatas.
Pasukan Perancis dan Inggris yang bertempur di benteng Maginot Line sisi utara rupanya berhasil dikecoh dan tanpa disadari kekuatan besar pasukan Nazi sebenarnya saat itu sedang dipusatkan di sisi selatan.
Pada 10 Mei 1940 pasukan Nazi yang diujungtombaki divisi tank dan pesawat tempur secara kilat menyerbu Perancis dan dalam waktu singkat gabungan pasukan Perancis serta Inggris yang berusaha memberikan perlawanan dipukul mundur.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR