Hou dan Yap pertama kali bertemu di perkebunan karet. Yap adalah pekerja di sana.
Walau Hou tidak sekaya dirinya secara finansial, Yap bersedia menikah dengannya.
“Dia adalah ibu yang luar biasa dan istri yang penuh kasih.”
“Satu-satunya penyesalan saya adalah membiarkan dia miskin bersama saya karena tidak mampu memberikan tempat tinggal yang nyaman.”
Setelah 35 tahun kematian istrinya, Hou selalu mengujungi makam istrinya selama beberapa hari dalam seminggu.
Ia membersihkan makan dan menanam bunga di sekitar makamnya.
Terkadang Hou juga bercerita dan “mengobrol” tentang anak dan cucu mereka.
Terakhir, setiap tanggal kematian Yap, Hou akan menulis sebuah puisi lalu mengirimnya ke surat kabar setempat untuk memperingati cinta mereka.
Romantis bukan?
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR