Intisari-Online.com - Demi mencapai kemandirian alutsista sesuai target, TNI melalui Komite Kebijakan Industri Pertahanan ( KKIP) telah mencanangkan programnew future products.
Program ini meliputi jet tempur IF-X,pesawat transport, kapal selam, kapal perang atas air, roket, peluru kendali, pesawat terbang tanpa awak, radar, combat management sistem, alat komunikasi, amunisi kaliber besar, bom udara, torpedo, propelan, kendaraan tempur, serta kendaraan taktis.
Melalui Sidang KKIP yang sudah beberapa kali dilakukan bahkan sudah ditetapkan 7 Program Nasional yang meliputi:
(Baca juga: Militer AS dan Militer Indonesia, Tak Sekadar Latihan Militer Bersama tapi Juga Saling Tukar Budaya)
1. Program pengembangan Jet Tempur KF X/IF X
2. Program pembangunan kapal selam
3. Program pengembangan radar nasional
4. Program pengembangan industri propelan
5. Program pengembangan tank sedang (medium tank) dan tank berat (main battle tank)
6. Program pengembangan rudal
7. Program pengembangan roket pertahanan
(Baca juga: Masuk 15 Besar Kekuatan Tempur Dunia, Indonesia Jadi Kekuatan Militer Terkuat di Asia Tenggara)
Tujuh Program Nasional yang telah berjalan itu memang tidak semuanya berjalan mulus karena munculnya beragam kendala.
Beberapa di antaranya adalah dalam hal pembiayaan, SDM, fasilitas dan kemampuan industri pertahanan dalam negeri yang belum memadai, dan lainnya.
Hingga saat ini kemampaun industri pertahanan baik milik pemerintah maupun swasta baru bisa memproduksi alutsista bukan utama.
Sejumlah produksi alutsista yang berasal dari beragam industri pertahanan itu mencakup, bom latih (BomP-100), platform KCR-40, platform KCR-Trimaran, platform PC-40, platform PC-36, platform PC-28, combat boat, sea rider, kapal angkut tank (AT/LST), kapal bantu cair minyak (BCM), kapal tunda (tug boat), LCU, LCVP, dan modul radar.
Produk lainnya adalah vsat untuk ground segment satelit, avionik pesawat tempur, perangkat radio alkom, integrated personel protection (IPP Set), full flight simulator/FFS (pesawat dan ranpur), flight training device simulator/FTD, computer basic training simulator/CBT, kendaraan tempur (ranpur), kendaraan taktis (rantis), payung udara orang (PUO), payung udara barang (PUB), dragshute, tenda lapangan, helm antipeluru, kaporlap, pakaian dinas, kain khusus, ransum/makanan, baterai ranpur/tank, baterai pesawat (C-130, Puma, Latih), baterai torpedo, rudal, UAV, dan kapal selam (dalam taraf pengembangan).
Namun demikian pemerintah berusaha keras menangani berbagai kendala itu, misalnya, dengan menaikkan anggaran militer yang terus naik dari tahun ke tahun.
Pihak Kemhan yang memiliki tanggung jawab untuk pengadaan alutsista juga sudah melaksanakan sejumlah tahapan demi mensukseskan Tujuh Program Nasional tersebut. Melalui Direktorat Teknologi Industri Pertahanan, khususnya Subdit Tekhan, sejumlah program telah dikerjakan dan terus mengalami kemajuan.
Program-program itu meliputi:
a. Program pengadaan jasa konsultasi untuk mengawal pelaksanaan Alih Teknologi kontrak pengadaan 3 unit Kapal Selam dari Korea Selatan. Konsultan bertugas memberi informasi terkait dengan Perencanaan, Pelaksanaan dan evaluasi dalam bidang SDM, Infrasruktur dan yang mendukung pelaksanaan alih teknologi diantaranya jadwal, Joint Operation Agreement (JOA), amendment kontrak, dsb.
b. Program penyiapan SDM dalam rangka penguasaan Design dan Teknologi produksi Kapal Selam mulai dari rekrutmen, pembekalan sebelum berangkat k e Korea sampai dengan pelaksanaan alih teknologi di Korea. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa pelaksanaan alih teknologi dapat berjalan sesuai jadwal yang disepakati antara Baranahan dan DSME sebelum PMN dikucurkan ke PT.PAL.
c. Program pembangunan Pusat Desain Kapal Perang dengan
tujuan untuk mempertahankan dan mengembangkan kemampuan desain kapal perang yang didapat dari hasil alih teknologi program Kapal Selam dan Perusak Kawal Rudal (PKR) dari Belanda. Disamping itu untuk mendapatkan hak paten terhadap desain desain kapal perang untuk keperluan TNI AL maupun negara asing.
d. Program pengembangan Rudal Surface to Surface C 705 sebagai cikal bakal dari pengembangan Rudal jenis lain (Surface/Ground to Air dan sebaliknya serta Air to Air) dengan pertimbangan bahwa teknologi yang digunakan sudah digital, Negara China tidak keberatan untuk memberikan Alih Teknologi, dapat digunakan oleh Tri matra sebagai pasar dalam negeri (sementara baru TNI AL yang menggunakan).
e. Program Pengembangan Roket Pertahanan dengan tujuan untuk menunjang altileri dalam rangka kemandirian bidang pertahanan.
Pelaksananan 7 Program Nasional jelas akan membutuhkan biaya yang tinggi dan sumber pembiayaan itu tidak hanya tergantung pada anggaran APBN.
Kebutuhan biaya seharusnya tertuang dalam satu perencanaan strategis jangka panjang yang komprehensif dan konsisten.
Selain dibutuhkan biaya yang tinggi upaya untuk mendorong dan menjamin keberhasilan 7 Program Nasional itu juga dibutuhkan seorang pemimpin yang luar biasa (extra dionary) dalam hal ini Presiden Indonesia yang juga menjabat Ketua KKIP.
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Turki pada minggu lalu salah satunya untuk membahas kerja sama dalam produksi tank dan pesawat militer telah menunjukkan upaya ketua KKIP yang bekerja secara optimal.
(dari berbagai sumber)