Misteri Dewa Keberuntungan yang Justru Tidak Memberikan Keberuntungan bagi Pasangan Penemunya

Moh Habib Asyhad

Editor

Misteri dewa keberuntungan yang justru tidak memberi keberuntungan pada penemunya
Misteri dewa keberuntungan yang justru tidak memberi keberuntungan pada penemunya

Intisari-Online.com – Kisah ini terjadi pada tahun 1928 di kota Kobe, Jepang.

Suami isteri usia lanjut berkebangsaan Inggris bernama C.J.Lamberts, berdiri di depan jendela toko barang antik.

(Baca juga:Gara-gara Koin Keberuntungan Pesawat Ini Tertunda 5 Jam Keberangkatannya)

“Aku suka itu," seru Marie Lambert, sambil menunjuk pada sebuah patung kecil laki-laki berbadan setengah telanjang yang sedang duduk di atas bantal.

Dia mengenalinya sebagai Ho-tei, dewa keberuntungan Jepang. "Ayo kita tanya berapa harganya," kata suaminya sambil melangkah masuk ke toko.

Mereka terkejut dan senang karena ternyata harga patung itu cukup murah, meski terbuat dari gading. Sungguh kejutan yang menyenangkan.

Sekembali mereka di kapal pesiar yang ditumpanginya, pasangan Lambert mengamati hasil pembelian mereka dengan saksama.

Patung kecil itu berwarna gading tua dan diukir dengan sangat indah. Sepanjang pengamatan mereka hanya ada cacat kecil di bagian bawahnya berupa lubang kecil.

Seandainya si pengukir memanfaatkan bagian dasar taring gajah itu yang bisa saja dilakukannya, maka lubang kecil itu akan tampak alami sebagai titik di mana syaraf taring hewan itu berakhir.

Singkat kata, patung itu tampaknya benar-benar merupakan barang berharga yang berhasil didapatkan dengan harga miring yang menjadi dambaan setiap turis.

Pasangan Lambert berharap dengan kehadiran patung "Buddha tertawa", sebagaimana Ho-tei kadang-kadang dijuluki, akan membawa keberuntungan selama sisa perjalanan mereka.

Ho-tei sesungguhnya seorang pendeta Buddha di abad keenam, yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk membantu kaum papa miskin, terutama anak-anak.

Patung Ho-tei yang kemudian dmobatkan sebagai dewa itu memegang seuntai tasbih di tangan kanannya atau sebuah kipas dan tangan kirinya memegang sebuah kantong.

Kadang-kadang ada seorang anak kecil bergelayutan di punggungnya atau duduk di bahunya.

Alkisah dia pernah membopong seorang anak menyeberangi sungai yang deras dengan aman.

(Baca juga:Teroris Legendaris Itu Akhirnya Mendapatkan Vonis Penjara Seumur Hidup Ketiga Kalinya)

Legenda St. Christopher, yang dianggap membawa keberuntungan bagi dunia Barat sebagai pelindung kaum petualang, diyakini merupakan versi Kristen legenda Ho-tei ini.

Marie Lambert membungkus patung itu lalu memasukkan ke dalam salah satu kopernya.

Di hari kedua menuju kota berikutnya, Manila, Nyonya Lambert mulai terserang sakit gigi.

Dokter di kapal memberikan obat pereda rasa sakit, namun tidak berhasil.

Setiba di Manila, pasangan Lambert terserang demam dengan gejala utamanya rasa linu di seluruh persendian tubuh sehingga Marie Lambert pun menunda kunjungannya ke dokter gigi.

Ketika dia ke dokter gigi dan giginya dibor, secara tak disengaja bor itu mengenai syaraf giginya yang semakin membuatnya kesakitan.

Pada penghentian berikutnya yang membawa kapal itu ke Australia, giliran tuan Lambert mengalami sakit gigi yang mengilukan.

Setiba di Cairn, dia pergi ke dokter, yang mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan giginya.

Rasa ngilu itu mereda setibanya di dokter gigi tapi muncul kembali ketika kembali ke kapal.

Dua hari kemudian, dia berkonsultasi pada dokter gigi lainnya dan hal yang sama terulang kembali.

Akhirnya, di Brisbane dengan rasa putus asa dimintanya dokter gigi untuk mencabut giginya agar rasa sakit itu hilang.

Namun, sakit itu muncul kembali pada saat Lambert tiba kembali di kapal.

Dia tidak memperhatikan bahwa sakit giginya mulai menyerang ketika patung Ho-tei itu dimasukkan ke dalam kopornya.

Di Sydney, pasangan Lambert meninggalkan kopor mereka untuk diperiksa dan sakit gigi mereka mereda.

Dalam perjalanan menuju Selandia Baru, kopor itu hanya disimpan sekali saja dalam kamar ketika membongkarnya dan sakit gigi mereka pun kambuh kembali.

Ketika kopor mereka ditahan, sakit itu menghilang.

Sementara berada di pantai Selandia Baru dia tidak mengalami sakit gigi dan hanya terjadi satu kali serangan dalam perjalanan selanjutnya menuju ke Chili - ketika pasangan Lambert mengatur kembali kopor mereka di kamarnya.

(Baca juga:Kisah Keajaiban Dewadaru, Pohon Sakti dari Karimunjawa Simbol Kebijakan Para Dewa)

Di Amerika Serikat, pasangan ini mengunjungi ibu Lambert, yang sangat senang diberi tanda mata patung Ho-tei itu.

Ketika giginya mulai dirasa sakit beberapa jam kemudian, dia mengembalikan hadiah itu dan mengatakan bahwa hadiah itu membawa "hawa buruk".

Alih-alih memperhatikan dampak negatif patung ini bagi pemiliknya, pasangan Lambert tidak menghubungkan keberadaan Ho-tei dengan sakit gigi yang dialaminya sampai perjalanan mereka berlanjut mengarungi samudera Atlantik menuju Inggris.

Seorang penumpang lain yang sangat tertarik dengan benda dari gading tersebut meminjam patung itu semalam untuk ditunjukkan kepada suaminya.

Keesokan harinya dia bercerita bahwa mereka berdua terserang sakit gigi.

Suami isteri Lambert pun mulai memikirkan tentang sakit gigi mereka dan menyadari bahwa hal itu selalu terjadi ketika Ho-tei berada di kamar mereka.

Marie Lambert langsung ingin membuang patung itu ke laut, tetapi suaminya khawatir dewa di dalamnya mengamuk dan membuat semua gigi mereka membusuk.

Akhirnya patung itu mereka bawa pulang k

Artikel Terkait