Intisari-Online.com -Bagaimana kedudukan Kapel Sistina, masterpiece Museum Vatikan dengan wisata Italia atau Roma? Lapangan dqn Basilika St. Petrus, katakombe (tempat makam bawah tanah martir Katolik), serta puluhan katedral memang jadi tujuan wisata-ziarah (zirek) umat Katolik, seterkenal Lourdes di Prancis.Tetapi bagi umum, Roma bukan hanya itu. "Roma penuh mukjizat dan besar," kata sopir yang mengantar kami dan berceloteh tanpa henti tentang wisata di Roma dan Italia.Ya, sejarah Roma memang besar. Negara yang mempunyai legenda monarki masa silam ini, sudah mengalami masa transisi ke pemerintahan republik sejak tahun 509 SM. Jauh lebih awal dibandingkan dengan negara mana pun di dunia. Kebesaran Roma juga terpancar dari luasnya pengaruh pemikiran dan kekuatan pasukan mereka di Eropa berabad-abad lalu.Vatican City, ibukotaNegara Vatikan, jelas hanya sebagian kecil dari kebesaran Roma tadi. Tetapi dengan pengakuan Negara Vatikan sebagai negara berdaulat, pamor "negara dalamkota" ini menjadi lebih besar dari Roma. Apalagi berkat kedudukan dan keeratan hubungannya dengan umat Katolik, Roma memperoleh imbas besar.Rakyat Roma, lebih jauh lagi Italia - sebab di beberapakotadikembangkan juga pusat wisata yang dikaitkan dengan tempat ibadah - menjadi tergantung pada wisata. Boleh dibilang, rakyat Italia memperoleh keberuntungan berkat Vatikan.Sama seperti rakyat Israel dan Palestina yang beruntung berkat peninggalan tiga agama monoteis (Kristen, Islam, Yahudi). Penduduk. Italia, sadar betul arti kehadiran wisatawan. Karena mereka mengalir sepanjang tahun tanpa henti, terutama bulan Desember, menjelang tutup tahun.Apaldgi bagi umat Katolik tahun 2000 bertepatan dengan Tahun Yubileum (Tahun Rahmat, ritus 50 tahunan yang dilakukan selama. setahun untuk pemulihan kehidupan spiritual). "Orang Italia sangat ketat menjaga objek wisata, karena itulah sumber utama pendapatan negara dan rakyat," kata Puspobinatmo SJ, pastor asli Muntilan yang sedang belajar di Universitas Kepausan Gregoriana.Kesempatan itu pun dimanfaatkan oleh masyarakat Italia untuk mengeruk uang. Janggn heran, mereka akan "memperlakukan" setiap peristiwa keagamaan sebagai barang dagangan.Ukurannya adalah lira (1 lira = ± Rp 7,-), bukan lain-lainnya. Contohnya, acara audiensi umum Paus bersama umat setiap Rabu siang, akan mereka perlakukan sebagai komoditas, padahal acara itu gratis. Antar-jemput dari hotel dalamkotaRoma ke LapanganSt.Petrus dan ikut audiensi dengan secarik kertas tanda masuk mereka kenai biaya 60.000 lira per orang. Meski tempat acara itu bisa ditempuh dengan buskotapergi-pulang cuma dengan ongkos 3.000 lira.Italia, terutama penduduk Roma; perlu bersyukur karena mempunyai kelebihan: Negara Vatikan,. berikut ibu kotanya,Vatican City. Karena kawasan berdaulat itu.tampaknya tetap akan jadi pusat agama dan pusat wisata yang dapat mengumpulkan banyak orang dengan berbagai latar belakang.(Selesai)--Tulisan ini ditulis oleh St. Sularto yang dimuat di Majalah Intisari edisi April 2001 dengan judul asli "Menyaksikan Kebesaran Museum Vatikan".