Intisari-Online.com -Aparat keamanan terutama polisi seolah menjadi sasaran “resmi” para teroris yang berbaiat kepada ISIS.
Sudah beberapa kali personel Polri menjadi sasaran serangan teroris sehingga menimbulkan korban jiwa.
(Baca juga:Usai Menunaikan Salat Isya, Dua Polisi Ditusuk Orang Tak Dikenal, Begini Kronologinya)
Sebelum serangan di Medan dan dekat Mabes Polri, sebanyak 4 personel Polri gugur ketika diserang teroris di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur awal puasa yang lalu.
Serangan teroris ke personel Polri sedikitnya memiliki dua motivasi, pertama balas dendam terhadap para rekan teroris yang sudah tertangkap atau ditembak mati polisi.
Kedua aparat kepolisian mempunyai nilai tinggi jika menjadi sasaran serangan teroris karena langsung menjadi berita besar.
Apalagi momentum serangan teroris dilaksanakan saat malam Idul Fitri dan masih dalam suasana Lebaran sehingga gaungnya langsung ke tingkat internasional.
Serangan saat Idul Fitri sebenarnya bukan hal baru bagi para teroris ISIS karena pada perayaan Idul Fitri di Bangladesh pada tahun 2016 juga diwarnai oleh serangan teroris.
Intinya karena personel Polri selalu menjadi incaran serangan teroris di mana pun dan kapan pun, untuk mengantisipasinya memang harus selalu siaga,
Selain itu dalam penugasan apapun, para personel Polri tidak bertugas secara sendirian tapi minimal dua orang.
(Baca juga:Biadab, Lima Orang Teroris Berencana Meledakkan Masjidil Haram)
Pola serangan teroris ke anggota Polri umumnya dilakukan saat personel bersangkutan lengah.
Jadi dalam kondisi apapun personel Polri harus tetap waspada dan cepat tanggap menghadapi situasi yang menimbulkan kecurigaan sekaligus sigap untuk mengantisipasinya.