Intisari-Online.com - “Bangun tidur 'ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi kutolong ibu...”
Demikianlah penggalan lagu anak-anak yang masih sering dinyanyikan sampai sekarang, bahkan mungkin sampai masa mendatang.
Mungkin lagu ini sangat besar pengaruhnya pada anak-anak untuk membiasakan diri menggosok gigi ketika mandi pagi atau sore.
Kebiasaan tersebut tentu baik sekali untuk memelihara kesehatan gigi.
(Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat Menggosok Gigi?)
Sayangnya, upaya pemeliharaan gigi ini kadang dibingunkan oleh berbagai informasi dari media massa, guru, orang tua, bahkan dokter gigi.
Sering dikatakan, untuk menjaga kesehatan gigi khususnya agar gigi tidak berlubang, kita harus selalu menyikat gigi setelah makan, minimal dua kali sehari yaitu setelah sarapan dan setelah makan malam atau sebelum tidur.
Mana yang benar?
Sebenarnya, gigi kita selalu diselaputi oleh semacam selaput tipis akibat rongga mulut tidak pernah kering dari liur. Selaput ini menjadi media subur bagi tumbuhnya berbagai kuman.
Ketika pertama kali Antonie van Leewenhoek melaporkan penelitiannya tentang selaput ini pada abad ke-17, mereka menyebutnya sebagai material alba yang dilukiskan sebagai selaput tipis yang mengandung berbagai bakter berjumlah besar.
Selaput tersebut akan menjadi plak (plaque), bila koloni kumannya sudah mencapai jumlah tertentu.
Plak sangat tipis dan tidak terlihat dengan mata telanjang. Dibutuhkan waktu berabad-abad sampat dapat dibuktikan adanya hubungan yang jelas antara material alba dengan karies gigi.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR