Meski Sudah Berusia 75 Tahun, Buku Harian Anne Frank Masih Relevan hingga Sekarang

Moh Habib Asyhad

Editor

Misteri Pembunuh Anne Frank pada Perang Dunia II Akhirnya Terkuak
Misteri Pembunuh Anne Frank pada Perang Dunia II Akhirnya Terkuak

Intisari-Online.com - Sejak tahun 1942, tepatnya 12 Juni 1942, seorang gadis remaja Yahudi bernama Annelies Marie Frank, dikenal dengan Anne Frank, mulai menulis jurnal harian yang diberikan sebagai hadiah ulang tahunnya ke-13.

Namun saat itu tentu belum terpikirkan sedikit pun olehnya bahwa buku harian itu akan menjadi fenomenal, simbol tragedi umat manusia tidak terlupakan, Holocaust, bagi pembaca di penjuru dunia.

(Baca juga:Misteri Pembunuh Anne Frank pada Perang Dunia II Akhirnya Terkuak)

Anne Frank berusia enam belas ketika tewas di sebuah kamp Nazi di Bergen-Belsen, Jerman. Dalam buku hariannya tertuang kesaksian dua tahun hidup dalam persembunyian bersama keluarganya dan empat orang Yahudi-Jerman lain.

Anne Frank: The Diary of a Young Girl termasuk karya tulisan yang paling banyak dibaca dan didiskusikan dewasa ini. Publikasi pertamanya di Belanda pada 1947, menyusul edisi dalam Bahasa Inggris yang diterbitkan pada 1952 di Amerika Serikat.

Mengapa buku harian seorang remaja yang ditulis 75 tahun silam punya arti penting hingga masa sekarang?

Pelajaran kemanusiaan membuat buku harian ini menjadi signifikan.

Namun menarik pula melihat cara Anne Frank bertutur dari pikiran terdalamnya, dan dari pengamatannya dari rumah persembunyian yang ternyata pengalaman jujur sekaligus menyakitkan.

Buku harian Anne Frank yang kini sudah diterjemahkan ke lebih dari 70 bahasa.
Profesor Deborah Lipstadt, pengarang Denying the Holocaust, menyatakan kepada LIFE, buku harian yang ditulis dengan baik itu menawan. "Dia merupakan penulis yang baik dan dapat mengekspresikan dirinya."

Bahkan para pembaca awal naskahnya langsung jatuh cinta pada sosok Anne Frank yang dinilai bijak, luar biasa tangguh, dan mengembalikan kembali semangat hidup tanpa batas.

Mengutip opini The New York Times waktu itu, "Buku harian Anne Frank bicara tentang saat-saat kebencian, tapi terasa sangat hidup, dan dekat, sehingga yang satu ini seakan-akan mengungkap karakter dasar manusia secara universal. Orang-orang ini bisa saja tinggal di samping rumah Anda, berbaur di lingkungan Anda."

Popularitas buku harian Anne Frank terus meluas, dan pada 1969 telah diterjemahkan dalam 34 bahasa (saat ini sudah mencapai 70 bahasa). Khalayak mencintai kisahnya, lebih dari 25 juta kopi terjual.

Kontribusi abadi

Aspek lain yang membuat karya ini tak lekang waktu adalah kemampuan Anne menyuarakan cerita pribadinya dan sekaligus menjadi 'jendela' untuk periode kegelapan dalam sejarah umat manusia.

(Baca juga:Punya Kelainan Seksual, 'Janda Jagal' Paling Jahat dalam Tragedi Holocaust Ini Ditakuti Penghuni 'Kamp' Konsentrasi)

"Untuk jutaan orang kalangan muda pada saat ini, Anne Frank dan buku hariannya dijadikan titik pertama memasuki isu rumit Holocaust, —dan itu salah satunya karena faktor Anne Frank ialah seorang gadis remaja, [memiliki sudut pandang] sangat relevan," kata Edna Friedberg, sejarawan Levine Institute for Holocaust Education di Holocaust Memorial Museum (AS), kepada Live Science.

"Dia tak hanya gadis yang cerdas dan reflektif, tetapi juga begitu nyata. Dia sudah jadi ikon anak-anak Yahudi yang dibunuh saat Holocaust," kata Friedberg.

Sementara di dalam konteks global, tambahnya, buku ini juga mengingatkan bahwa suara dari generasi muda bisa membuat perubahan besar.

Artikel Terkait