Demi Lawan Teror, Pasukan Khusus Ini Harus Selalu Siap Bertempur Meski Komandannya Berganti

Ade Sulaeman

Editor

Pasukan Khusus TNI
Pasukan Khusus TNI

Intisari-Online.com - Ancaman terorisme yang sudah memasukan kawasan negara-negara Asia Tenggara, seperti Filipina, mau tak mau membuat pasukan TNI harus selalu siap dan siaga serta profesional.

Demi menghadapi beragam tantangan ke depan, khususnya teroriisme, TNI telah membentuk pasukan elite gabungan.

(Baca juga: Anggota Pramuka Makan di Atas Tanah, Padahal Pasukan TNI Pun Tidak Makan di Atas Tanah)

Pasukan itu merupakan gabungan dari tiga matra, Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan diberi nama Komando Operasi Khusus Gabungan TNI.

Komando Operasi Khusus Gabungan ini dibentuk tahun 2015 tepatnya bulan September oleh Panglima TNI saat itu, Jenderal Moeldoko.

Jumlah total pasukan 90 prajurit dan berasal dari tiga pasukan khusus, yakni Sat-81 Kopassus TNI AD, Denjaka Marinir TNI AL, dan DenBravo Kopaskhas TNI AU. Satuan 81/Penanggulangan Teror Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD memiliki kemampuan khusus bergerak cepat di tiap medan, menembak tepat, mengintai, dan tentu saja antiteror.

Kekuatan satuan ini, baik jumlah personel maupun persenjataannya, dirahasiakan sesuai visi misi mereka, yakni untuk tidak diketahui, tidak terdengar, dan tidak terlihat.

(Baca juga: Selalu Menyulitkan dan Pernah Kalahkan Pasukan Israel, Pejuang Hizbullah adalah Pamor Iran untuk Mencari Ketenaran Internasional)

Sementara Denjaka (Detasemen Jala Mengkara) TNI AL ialah gabungan antara personel Kopaska yakni satuan khusus untuk peperangan laut setingkat US Navy SEALS, dan personel Batalyon Intai Amfibi yang juga satuan elite Korps Marinir.

Denjaka sendiri merupakan satuan antiteror AL. Mereka bisa beroperasi di wilayah RI mana saja, namun dengan kekhususan pada antiteror di laut.

Terakhir, DenBravo Kopaskhas (Korps Pasukan Khas) TNI AU ialah satuan pasukan elite AU setara Kopassus yang bahkan disebut memiliki kemampuan di atas US Special Tactics Squadron.

Ketiga pasukan elite tersebut akan menghadang dan menangani ancaman terorisme di Indonesia.

Komando Operasi Khusus Gabungan bukan dibentuk untuk menyaingi Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, namun lebih sebagai upaya preventif TNI jika diminta Presiden membantu polisi menangani aksi terorisme.

Untuk menjadi pasukan khusus gabungan, prajurit dari tiga satuan khusus pada tiga matra harus mengikuti seleksi ketat.

Untuk prajurit yang tidak terpilih dikembalikan ke satuan angkatan asal.

Kepemimpinan di tubuh pasukan khusus gabungan antiteror TNI dijabat secara bergiliran.

1. Untuk enam bulan pertama jabatan itu akan dipegang Komandan Jenderal Kopassus.

2. Enam bulan berikutnya giliran Komandan Marinir yang menjadi pimpinan.

3. Enam bulan terakhir giliran Komandan Paskhas yang memegang jabatan itu.

Komando Operasi Khusus Gabungan sesuai protapnya baru akan diturunkan untuk menghadapi aksi terorisme berskala besar seperti serbuan militan ISIS yang selalu mengerahkan pasukan dalam jumlah besar.

Artikel Terkait