Intisari-Online.com - Francis Gary Powers, pilot U-2 yang ditembak jatuh oleh rudal SA- 2 Soviet pada 1 Mei 1960 namun berhasil menyelamatkan diri dan ditawan, nasibnya sungguh malang.
Bukannya dianggap sebagai pahlawan Amerika, namun oleh pemerintah AS, dia malah dianggap sebagai pengecut, bahkan ada yang mencapnya sebagai pengkhianat.
Menurut mereka, dia sebaiknya bunuh diri saja sehingga tidak mempermalukan negara dan presidennya sendiri.
(Baca juga: Mata-mata AS di ISIS dan Israel dalam Bahaya Setelah Donald Trump Ungkap Keberadaan Mereka saat Bertemu Rusia)
Anggapan keras seperti itu tidaklah terlepas dari situasi yang memojokkan AS, tatkala PM Soviet Nikita Khruschev mempermalukan AS dan Presiden Dwight Eisenhower dalam KTT di Paris antara AS dengan Uni Soviet.
Dengan pintarnya Khruschev memainkan kartu penembakan pesawat mata-mata U-2 dan tertangkapnya pilotnya, sementara Eisenhower secara terbuka terlanjur membantah semua yang diklaim oleh Khuschev.
Tatkala bukti-bukti dibeberkan, maka AS pun tak berkutik lagi. Esenhower pun akhirnya terpaksa mengakui penerbangan mata-mata tersebut dan berjanji tidak mengulangi demi terselamatkannya KTT.
(Baca juga: Kian Panas! Korut Sebut CIA Kirim Mata-mata untuk Membunuh Kim Jong-un, Bayarannya Rp9,6 Miliar)
Namun ketika PM Khruschev juga menuntut AS meminta maaf, maka Eisenhower pun tak tahan lagi dan memilih pulang ke Washington.
KTT untuk mencari perdamaian dalam koeksistensi antara Blok Barat dengan Blok Timur pun berantakan, gagal gara-gara sebuah U-2.
Dunia pun ikut tersentak dengan terungkapnya pengoperasian U-2 yang begitu dirahasiakan.
Akibat kekacauan dan kekalahan AS di KTT Paris itulah, maka kemarahan ditujukan kepada Gary Powers.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR