Dengan alat terbaru misalnya, hanya dibutuhkan satu netralisator, sementara dengan alat yang lama diperlukan dua atau tiga.
Astra merupakan nama netralisator paling gres. Kalau hanya berpegang pada nama, orang bisa bingung ketika harus mengaitkan nama itu dengan maksud atau kemampuan tertentu.
Soalnya, bagi Romo Lukman, nama hampir tak ada artinya kecuali hanya untuk membedakan satu dengan lainnya.
"Waktu itu sebuah (perusahaan otomotif multinasional) sedang jadi bahan berita, ya, terus saya kasih nama Astra. Sementara nama Gipsy, tercipta saat saya sedang sakit dan digips," kata Romo Lukman yang mulai menciptakan alat itu sejak tahun 1976.
Dengan maksud membantu mereka yang membutuhkan, alat ini dijual dengan harga relatif murah antara Rp 7.500,- - Rp 15.000,-.
Lain Lukman lain lagi Ibu Nyoman, seorang pengusada prana lain. Ia menggunakan cermin untuk mengusir santet. Cermin itu terbuat dari kaca yang dipotong-potong, kemudian ditempelkan pada bidang silinder.
Bentuk akhir menjadi semacam cermin hias berbentuk silinder. Cermin ini bisa digantung di depan rumah. Seperti halnya sifat dasarnya, cermin akan memantulkan segala sesuatu, termasuk kekuatan jahat yang ditujukan ke dalam rumah.
(Baca juga: Surga Paul Walker di Bumi adalah Rumahnya yang Ada di Indonesia)
"Kekuatan penolakan terhadap santet bisa pula dilakukan dengan 'mengisi' cermin itu dengan kekuatan prana," katanya.
Sementara itu, Ny. Iin punya cara lain dalam menghalau kekuatan jahat, yakni dengan memasukkan "sesuatu" ke dalam botol, disumbat lilin, lalu ditanam di depan rumah.
Kadang ia menggunakan telur yang "diisi". "Selama barang itu belum rusak, maka masih bisa digunakan," tandas Iin.
Sedang Putra Wirawan yang sehari-hari rata-rata menerima 10 pasien korban santet, memberikan pencegahan santet dengan cara membukakan kekuatan inti seseorang tersebut (cakra).
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR