Kepiawaian Erich berlaga di udara memang sudah terlihat sejak kecil.
(Baca juga: Laki-laki Ini Ditegur Polisi Gara-gara Menerbangkan Layang-layang Terlalu Tinggi)
Semasa remaja, Erich, yang lahir di Weissch, 19 April 1922, hobi olahraga dirgantara sehingga ia terbiasa menerbangkan pesawat sport jenis glider, pesawat tanpa mesin yang pada era terkini dimanfatkan untuk kegiatan olahraga terbang layang.
Olah raga terbang layang di Jerman pada era itu memang sedang marak dan secara tak sengaja telah menciptakan bibit-bibit pilot tempur berkualaitas.
Bakatnya makin berkembang ketika Erich bergabung dengan Luftwaffe dan ditempatkan pada skadron tempur Jagdgesschader 52 (JG-52).
Gelar ace diperoleh Erich November 1942 ketika Jerman mulai memperluas perang ke front Eropa Timur (Operation Barbarossa).
Untuk pertama kalinya, Erich yang bertempur penuh semangat menggunakan pesawat Messerschmitt Me-109 Black Tulip, berhasil menembak jatuh sebuah pesawat Soviet.
Dalam jarak kurang tiga bulan kemudian, pesawat tempur kedua berhasil dirontokkan Erich. Berkat prestasi gemilangnya itu pelan-pelan namanya mulai mendapat perhatian Luftwaffe.
Selama enam bulan berikutnya, hingga memasuki pertengahan tahun 1943, Erich terus mengasah taktik tempurnya dan pesawat-pesawat musuh pun makin banyak yang dirontokkan.
(Baca juga: Douglas MacArthur, Pahlawan Besar AS saat Perang Dunia II Namun 'Dipecat' saat Perang Korea)
Taktik Erich cukup sederhana dan menerapkan ala perang gerilya udara, hit and run.
Biasanya Erich menembak jatuh pesawat musuh dari belakang dan memprioritaskan keselamatan wingman bukan malah dirinya .
Padahal pesawat wingman dalam ajang duel udara seringkali dijadikan umpan. Caranya, wingman diperintahkan terbang rendah menuju bumi untuk memancing musuh mengejarnya.
Lalu diam-diam Erich bermanuver dan membidik pesawat incaran dari belakang.
Setelah secara tiba-tiba wingman terbang melesat mendatar hampir menyentuh pucuk pohon (top tree) dan kemudian kabur barulah Erich beraksi.
Posisi Erich yang sudah berada dalam jarak tembak segera menghujani pesawat incaran dengan senapan mesin kaliber 13 mm yang terpasang di kedua sayap dan kanon 20 mm yang dipasang di atapnya.
Karena posisi Erich di atas, pesawat musuh yang terkena tembakan saat menghujam jatuh bisa diamatinya secara gamblang.
Usai merontokkan pesawat musuh Erich biasanya segera kembali kepangkalan bersama timnya dan tak lupa mencatat jenis pesawat yang baru saja jadi korbannya.
Usai istirahat sejenak, Erich yang selalu memberikan salut kepada awak darat (ground crew) yang bertugas rutin merawat pesawat tempurnya, selanjutnya terbang lagi dan pasti berhasil memangsa pesawat lawan.
Dalam sehari Erich bahkan pernah merontokkan tujuh pesawat musuh.
Selain taktik, Erich yang dikenal sebagai petarung udara berbakat alami, ia juga dikenal memiliki ketajaman penglihatan, reaksi reflek dan semangat tempur yang tinggi.
(Baca juga: Perang Dunia III Sesungguhnya Sudah Lama Terjadi di Suriah, Baik secara Politik maupun Militer)
Selama berlaga di udara, Erich selalu memang dalam keadaan tenang dan sabar.
Ia lebih suka menembak jatuh pesawat musuh esok harinya daripada hari itu tapi resikonya besar dan bisa berakibat pada jatuhnya pesawat yang diterbangkannya.
Kesabaran Erich itu mirip kesabaran seorang penembak jitu (sniper) yang bertempur di darat yang baru melepaskan tembakannya ke sasaran terpilih jika dirinya sendiri juga dalam kondisi terlindung dan aman.
Sejumlah faktor itulah yang mampu membuat Erich bertempur secara sempurna untuk tak pernah kalah.
Ketenangan bagi Erich menjadi sangat berguna ketika ia harus melakukan pendaratan darurat atau melompat dari pesawat.
Selama pertempuran Erich pernah mengalami crashlanding 15 kali dan melompat (bail out) satu kali. Itu artinya pesawat yang diterbangkan Erich pernah tertembak jatuh sehingga terpaksa melaksanakan bail out.
Namun ia selalu berhasil selamat (diehard) tanpa cedera meskipun pesawatnya rusak berat.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR