Hanya Firasat atau Kebetulan? Ketahuilah, Misteri Alam Semesta Terlalu Luas untuk Digali dengan Akal Manusia

Moh Habib Asyhad

Editor

Tenggelamnya kapal Titanic seolah sudah diprediksi sebelumnya
Tenggelamnya kapal Titanic seolah sudah diprediksi sebelumnya

Intisari-Online.com – Siapa pun dari kalangan budaya mana pun pasti mengenal istilah firasat. Bentuk dan kemunculan peristiwa yang mengikutinya bermacam-macam. Dari yang menyangkut datangnya rezeki nomplok sampai malapetaka.

Fenomena gaib? Bukan, ada teori yang bisa menjelaskan meski jawaban pasti masih tetap misteri.

(Baca juga:Misteri dan Kisah Hidup Penyihir Grigori Rasputin Mengingatkan Kita bahwa Rusia Pernah Mengalami Masa-masa Mengerikan)

Bambang, ayah tiga anak asal Surabaya punya pengalaman menarik. Suatu sore di awal tahun 1988, setelah selesai mengerjakan tugasnya di Malang ia bermaksud pulang ke Surabaya.

Karena kemalaman, ia tidak mendapatkan bus sehingga akhirnya memilih kendaraan omprengan. Bersama dengan rekan-rekan sekerja ia menunggu colt (sebutan untuk sejenis kendaraan station wagon) omprengan di pinggir jalan.

Hari sudah pukuT 16.00 ketika sebuah colt menepi oleh lambaian tangannya,

"Yang membuat kaget, di mata saya kondisi colt tersebut nampak mengerikan. Kaca dan bumper depan serta pintunya penuh dengan ceceran darah segar. Saya jadi ragu untuk masuk," akunya.

Sebaliknya, teman-teman Bambang yang merasa tidak melihat keanehan tersebut lantas berebut naik karena keburu malam. Colt pun meluncur mulus meninggalkan Bambang yang terbengong sendirian.

"Toh malam itu pun saya sampai juga di rumah dengan menumpang kendaraan berikutnya. Di tengah jalan saya mendengar kabar, colt yang ditumpangi teman-teman saya tadi menabrak pohon dan ringsek parah. Semua penumpangnya tewas termasuk sopir, “ujarnya mengakhiri cerita.

Yang menjadi pertanyaan, apakah fenomena tersebut di atas bisa dianggap sebagai kebetulan belaka. Atau hanya kejadian yang sengaja dihubung-hubungkan? Atau perilaku segelintir orang yang tak punya pegangan lalu lari ke dunia gaib?

Sebenarnya cerita keterkaitan sebuah firasat dengan atribut atau kejadian pada diri seseorang atau peristiwa yang aneh dan unik, kerdakali terdengar. Bahkan segudang cerita yang sama bisa didapat pula dari mancariegara.

(Baca juga:Salah Satu Versi Kisah Putri Duyung Mirip dengan Kisah Jaka Tarub, Kebetulan atau Ada yang Terinspirasi?)

Suatu hari seorang warga Kentucky, AS, George D. Bryson yang mau ke New York, sengaja memutuskan turun di Louisville, ketika kereta apinya mengisi bahan bakar.

Perlu diketahui, sebelumnya ia tak pernah singgah di kota ini sampai-sampai merasa perlu bertanya untuk menemukan sebuah hotel. Baik teman maupun keluarganya juga tidak tahu kalau ia mampir di Louisville.

Nah, iseng-iseng di Hotel Brown tempat ia akan menginap, Bryson bergurau kepada petugas resepsionis, “Ada surat buat saya?”

Yang membuat ia terkaget-kaget, petugas hotel malah benar-benar memberikan surat yang diperuntukkan baginya, berikut nomor kamarnya. Kamar 307 atas nama George D. Bryson! Sungguh! Ini suatu kebetulan yang aneh.

Ahli matematika dan jago prakiraan, Dr. Warren Weaver, percaya adanya suatu teori kebetulan yang berdasar pada hukum kemungkinan. Oleh karena itu ia menolak menghubungkannya dengan peristiwa gaib atau paranormal.

Sebaliknya, ada pula teori "serial" atau "sinkronisasi" dari Dr. Paul Kammere, Wolfgang Pauli dan Carl Gustav Jung. Meskipun melakukdn pendekatan yang berbeda, ketiga orang ini berkesimpulan sama.

Menurut mereka, dalam dunia kita yang semrawut ini memang ada suatu kekuatan misterius yang tak terjangkau akal manusia. Lewat penelitian ilmiah modern, terutama di bidang biologi dan fisika, hal macam di atas dianggap peristiwa alami.

Kalangan yang berpikir skeptis bersikukuh, suatu peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja sama dengan peristiwa "kebetulan". Peristiwa macam itu katanya bisa diramalkan sebelumnya, atau paling tidak bisa dihitung kekerapannya.

Bila kita melempar uang logam beberapa kali-maka hukum probabilitas akan menggiring kita pada hasil, jumlah kedua muka uang logam yang diperoleh sama meski bagian muka atau belakang uang logam tidak mesti muncul bergantian.

Menurut perhitungan Dr. Weaver, bila kita melempar uang logam 1023 kali, kemunculan masing-masing sisi mata uang tersebut adalah sebagai berikut; 1 kali muncul pada 8 kali lemparan, 2 kali muncul pada 7 kali lemparan, 4 kali muncul pada 6 kali lemparan, dan 8 kali muncul pada lemparan ke lima.

(Baca juga:Kisah Keajaiban Dewadaru, Pohon Sakti dari Karimunjawa Simbol Kebijakan Para Dewa)

Permainan rolet juga bisa begitu. Pernah terjadi keadaan seri: muncul 28 kali berturut-turut di kasino Monte Carlo. Kejadian macam ini memang 268 juta banding satu.

Namun, kalau sesuatu pernah terjadi peristiwa itu bisa terulang entah di mana sekali lagi selama permainan rolet masih berputar.

Dengan perhitungan rumus inilah para ahli matematika menerangkan peristiwa luar biasa ketika seorang pejudi Charles Wells, (sampai dibuat judul lagu, The man that broke the bank at Monte Carlo) berhasil menguras kas uang perjudian Monte Carlo pada tahun 1891.

la menang rolet lima kali termasuk tiga kali berturut-turut. Tanpa sistem-sisteman, cuma dengan meletakkan uang taruhannya di atas meja merah dan hitam, ia berhasil menggaruk 100.000 frank per meja. Begitu ia menang di satu meja, petugas kasino langsung tutup.

Pada kemunculan Wells yang ketiga alias terakhir, ia meletakkan nomor taruhan pembukaan 5. Ia memilih nomor ganjil 35 sampai 1. Kemenangan itu terjadi lima kali.

Para penganut teori seri dan sinkronisasi serta penyebar teori Kammerer, Pauli dan Jung menyebutnya teori “rangkaian” nomor.

Mereka memandang "keberunrungan" identik dengan "kebetulan". Namun, konsep paranormal klasik, seperti telepati dan upaya melihat ke masa depan, bisa mengemukakan alternatif lain dalam menjelaskan mengapa ada orang yang "lebih beruntung" daripada yang lain.

Penelitian modern membagi peristiwa "kebetulan" atas dua tipe. Tipe hal sepele (seperti melempar koin, tebak-tebakan angka, atau permainan kartu) dan tipe hal-hal yang berarti.

Tipe kedua ini berupa peristiwa, tokoh, ruang atau waktu, entah di masa lalu, masa kini dan masa datang yang kelihatannya melewati "wilayah" paranormal.

Peristiwa mengerikan

Namun kadang kala bisa terjadi juga peristiwa kebetulan yang tak ada kaitan dengan rumus di atas. Contohnya adalah kecelakaan KA New York yang terjerumus masuk ke Teluk Newark hingga meminta banyak korban jiwa.

Di surat kabar setempat muncul foto yang memperlihatkan bagian belakang kereta yang diderek keluar dari air.

Di situ tertera angka 932. Entah bagaimana, hari itu keluar nomor 932 - lotere berhadiah di Manhattan! Model yang begini juga sering kali terdengar di sini.

Di lain pihak para peneliti modern membagi peristiwa kebetulan dalam beberapa kategori. Salah satunya berupa peringatan akan adanya bahaya atau bencana.

Sayangnya, jarak antara kejadian dengan peringatan itu lama sekali, sehingga orang sering mengabaikan, bahkan tidak mengenalnya.

(Baca juga:Artefak Ini Ungkap Temuan Mengerikan dari Sekoci Terakhir Kapal Titanic)

Seperti kasus tiga buah kapal, Titan, Titanic dan Titanian. Di tahun 1898, penulis Amerika Morgan Robertson membuat novel tentang kapal layar raksasa yang diberi nama Titan.

Diceritakan kapal ini tenggelam dalam pelayanan perdana di Laut Atlantik di malam bulan April, karena menabrak gunung es.

Empat belas tahun kemudian, sebuah bencana laut terbesar benar-benar terjadi. Titanic tenggelam di malam bulan April yang dingin, setelah menabrak gunung es, dalam pelayaran perdana.

Setelah diteliti, ternyata persamaan tidak hanya sampai di situ saja. Kedua kapal itu, baik yang fiksi maupun yang nyata, mempunyai daya muat sama dan bencananya pun terjadi di laut yang sama.

Kedua kapal itu diberi predikat "tak murigkin tenggelam" dan tidak memiliki sekoci yang memadai.

Antara "kebetulan" dan "pertanda"

Lewat cerita-cerita aneh tentang" Titanian, Titan serta Titanic, peristiwa "kebetulan" mulai dipikirkan orang. Kisah kapal lain bernama Titanian pun tak jauh-berbeda.

Di malam bulan April 1935, saat Titanian mengisi bahan bakar dalam trayek Tyne - Kanada, awak kapal William Reeves merasakan semacam firasat.

Entah mengapa hati Reeves berdebar-debar ketika Titanian mendekati lokasi hilangnya dua buah kapal yang lain. Bisakah Reeves menghentikan kapalnya hanya dengan alasan "firasat"?

Satu hal lagi yang patut dicatat, Reeves lahir saat bencana Titanic. "Bahaya menghadang kita!” teriaknya ke arah anjungan. Gema suaranya belum lenyap, ketika sebuah gunung es muncul di kegelapan. Kapal pun terhindar dari bencana.

Kategori lain adalah''kebetulan yang terjadinya karena kecilnya dunia kita" di mana orang dan tempat makin diperserripit, sesuai dengan fenomena yang digambarkan oleh Arthur Butterworth dari Skipton, Yorkshire.

(Baca juga:Hidup di Kota yang Hancur Lebur: Melihat Warga Berlin Jatuh Miskin Setelah Perang Dunia II Berakhir)

Ketika masih dinas militer pada PD II sekitar 1945, ia memesan buku musik bekas pada sebuah toko buku di London. Buku itu sampai ke asramanya, dengan kode pos militer daerah Taverham Hall, dekat Norwich. Ia membuka kiriman sambil berdiri di tepi jendela.

Waktu buku dibuka, selembar kartu pos lusuh yang menjadi pembatas buku tiba-tiba terjatuh. Kartu pos itu tertanggal 4 Agustus 1913.

Cuma yang mengherankan, gambar di kartu pos itu melukiskan pemandangan yang sama dengan yang dilihatnya dari jendela asrama Taverham Hall saat itu.

Jika peristiwa kebetuian bisa melewati ruang dan waktu dengan mudah, maka bisa saja kalau hal macam itu terjadi sampai melewati alam arwah.

Dalam perjalanan ke Texas tahun 1899, aktor Kanada Charles Francis Coghlan jatuh sakit di Galveston dan meninggal. Karena tak mungkin membawa jenazah ke kampung halamannya di Prince Edward Island, di Teluk St Lawrence, Kanada, maka ia dikuburkan di situ saja.

Setahun setelah meninggalnya, Galveston diserang badai pada bulan September 1900. Air memporakporandakan tanah pekuburan. Peti besi berisi tulang belulang Charles Francis Coghlan juga hanyut.

Peti itu sampai ke Teluk Meksiko, lalu perlahan-lahan terbawa menyusuri Pantai Florida menuju Laut Atlantik. Arus pun membawanya ke utara.

Delapan tahun berlalu, ketika nelayan di Prince Edward Island menemukan kotak panjang kokoh terapung-apung di pantai sekitar situ. Temyata, isinya jasad Coghlan.

Penduduk yang menghormatinya menguburkannya di dekat gereja, tempatnya dibaptis waktu kecil dulu. Akhirnya, setelah menempuh perjalanan sejauh 5.600 km, ia kembali ke kampung halaman!

(Baca juga:Pembunuhan JFK (1) : Kennedy Sudah Mempunyai Firasat?)

Inikah yang namanya takdir? Atau bisakah peristiwa aneh dan ajaib ini disebut "suatu kebetulan"?

Tak ada seorang pun yang bisa menjawab. Misteri alam masih terlalu luas untuk digali dengan akal manusia. (*/Djs/Rye)

(Pernah dimuat di majalah Intisari edisi April 1993, dengan judul asli Membaca Firasat dengan Teori Kebetulan)

Artikel Terkait