Advertorial
Intisari-Online.com - Presiden AS Donlad Trump dilaporkan telah menolak undangan India untuk menjadi tamu utama pada perayaan Hari Republik.
Pada awal Agustus, sekretaris pers Gedung Putih Sarah Sanders telah mengkonfirmasi Trump menerima undangan untuk mengunjungi India.
Sanders berkata, "Saya tahu bahwa undangan telah diperpanjang, tetapi saya tidak percaya bahwa keputusan akhir telah dibuat."
Kementerian luar negeri belum memberikan pernyataan mengenai hal itu.
Baca Juga : Inilah yang Terjadi Pada Tubuh Anda Selama 24 Jam Setelah Menenggak Minuman Energi
Kedutaan Amerika di Delhi mengatakan hanya Gedung Putih yang dapat memberikan konfirmasi mengenai rencana perjalanan presiden.
Selama beberapa minggu terakhir, pada pejabat AS telah mengindikasikan bahwa Trump tidak akan terbang ke India pada Januari karena acara State of teh Union (pidato kenegaraan tahunan Presiden AS) dijadwalkan pada bulan musim dingin.
Namun, mantan presiden AS Barack Obama datang ke India dua kali.
Obama juga menghadiri Hari Republik pada tahun 2015 pada kunjungan keduanya, meskipunState of teh Union jatuh pada bulan Januari setiap tahunnya.
Baca Juga : Ular Suci Penjaga Pura Tanah Lot Bali, Tiga Kali Lebih Beracun dari Kobra tapi Tak Mau Menggigit Manusia
Penolakan undangan oleh Trump bisa saja dilihat sebagai titik terendah hubungan India-AS, meskipun Perdana Menteri Narendra Modi dan Trump memiliki riwayat hubungan yang baik di depan publik.
Biasanya, undangan resmi yang ditujukan kepada para pemimpin untu Hari Republik India dikirim setelah pemimpin telah mengkonfirmasi kehadirannya.
Mantan diplomat telah mengkritik pemerintah karena membocorkan surat undangan kepada Trump sebelum adanya konfirmasi dari pihak Trump.
Trump menolak undangan India untuk datang pada upacara perayaan Hari Republik datang beberapa minggu setelah hubungan India dan AS memburuk karena berbagai isu geopolitik.
Sebelumnya, India nekat membeli minyak dari Iran meskipun Iran mendapat sanksi AS.
Ditambah lagi India juga memutuskan untuk membeli sistem rudal jarak jauh S-400 Rusia.
Sebagaimana diketahui bahwa Rusia juga mendapatkan sanksi oleh AS dan AS melarang negara lain untuk mengadakan transaksi dalam bentuk apa pun dengan Rusia.
Sistem rudal S-400 bisa dibilang sebagai rudal darat-ke-udara yang paling mematikan di dunia.
AS meyakini bahwa senjata itu dapat membanwa ketidakseimbangan di medan perang jika jatuh ke tangan yang salah.
Penyebaran sistem rudal Rusia di Suriah juga dipandang sebagai ancaman bagi Barat.