Pada saat itu, pemerintah RI belum memiliki aturan pensiun khusus bagi seorang mantan wakil presiden. Pensiun yang diterimanya sangatlah kecil, sehingga untuk menutupnya Hatta mencari tambahan penghasilan lewat karya-karya tulisnya.
Untuk memperbaiki rumah pribadinya, ia menggunakan sumber dana tabungan dari hasil menulis dan pinjaman yang dikumpulkan dari uang keluarga dan teman-temannya.
Bagaimana teladan dan didikan sang ayah tertanam pada diri putri-putrinya terlihat dari cara mereka menyikapi dunia keseharian.
Sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (2004-2009), Meutia selalu memastikan dulu bahwa uang yang diterimanya adalah memang haknya.
Baca Juga : Wangsa Widjaya, Orang Kepercayaan Bung Hatta yang Uang Pensiunnya Cuma Rp200 Ribu
Di usia 69 tahun, pakar antropologi kesehatan ini terus berkarya sebagai guru besar di UI.
Gemala mendirikan lembaga pendidikan formal pertama untuk pencatatan medis yang kemudian menyebar ke seluruh Indonesia.
Ia berkontribusi dalam penyusunan buku Medical Record Manual in Developing Countries untuk WHO dan pernah menjadi Regional Director untuk International Federation Health Information Management Association untuk Asia Tenggara.
Penyandang gelar S-3 ini kini dosen di Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta I.
Baca Juga : Dwitunggal yang Akhirnya Tanggal: Saat Bung Hatta Berpisah Jalan dengan Bung Karno
Halida berkarya sebagai Advisor Corporate Communication di sebuah perusahaan migas multinasional.
Ada satu ajaran penting orangtuanya yang ia ingin tekankan (karena semakin sering dilupakan), padahal penting sekali baik dalam kehidupan kerja maupun rumah tangga: yaitu: setialah pada komitmen.
Selama berkuliah, Halida selalu mendapat uang SPP dari ayahnya yang ia setorkan ke sekolah. Baru belakangan ia mengetahui, bahwa ayahnya sengaja tidak menggunakan fasilitas kuliah gratis bagi anak proklamator, agar jatah gratis bagi Halida dapat dimanfaatkan mahasiswa lain yang tak mampu.
“Untuk membantu orang lain, ternyata tidak perlu menunggu menjadi jutawan atau konglomerat,” simpul Halida.
Bagaimana dengan main proyek? Ketiganya serentak menggelengkan kepala. Lalu ketiganya malah sambil tertawa saling mengingatkan, bagaimana mereka batal membeli ini itu, karena dananya terpakai untuk membantu orang.
Mengingatkan orang pada ayah mereka, yang diam-diam mengidamkan sepatu Bally, tapi tak kesampaian sampai meninggalnya. (Lily Wibisono – Intisari Agustus 2016)
Baca Juga : Meskipun Sudah 'Berpisah Jalan', Bung Hatta Tidak Pernah Punya Dendam pada Bung Karno
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR