Advertorial
Intisari-Online.com – Water birth menjadi salah satu pilihan wanita dalam proses melahirkan bayinya.
Namun, amankah metode water birth tersebut?
“Sebelum menjawab mengenai risiko dan melahirkan dalam air (water birth), perlu diketahui bahwa teknik/metode bersalin jenis ini sebetulnya tidak diajarkan dalam pendidikan kedokteran,” jelas dr. Ali Sungkar, Sp.OG-KFM, dokter ahli kandungan dan kebidangan di RSIA Brawijaya, Jakarta.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa populernya cara melahirkan tersebut banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan tren masa kini.
Walau memang, kemunculannya sebagai alternatif untuk melahirkan (alternative birthing) sudah ada sejak tahun 1960-an di Rusia.
Prinsip persalinan pada metode water birth sama seperti persalinan normal pada umumnya.
Perbedaannya hanya pada medianya yaitu air. Cara ini diklaim dapat mengurangi rasa sakit yang dialami para ibu ketika bersalin.
Baca Juga : Ibu Muda Cantik yang Bekerja Sebagai Pemburu Hantu Ini Melahirkan di Jalan Tol Setelah Kontraksi Mengerikan
Karena, ibu akan berendam dalam air hangat sehingga membuatnya lebih nyaman dan santai.
Air yang hangat juga dipercaya dapat melancarkan sirkulasi darah sehingga kontraksi menjadi lebih mudah.
Jika ditanya aman atau tidak, mari merujuk pada anjuran dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).
Menurut peraturan Dr. Eni Gustina, MPH., Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes RI sampai saat ini water birth belum direkomendasikan.
Kemenkes RI bahkan beberapa kali telah memanggil orang-orang terkait yang mengklaim kelebihan water birth untuk diberikan pengarahan.
Baca Juga : Wanita ini Pura-pura Hamil, Saat Akan Melahirkan Ia Melakukan Skenario Licik Untuk Menipu Suaminya
Seperti diketahui bersama, salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah karena infeksi. Risiko infeksi inilah yang tidak bisa dijamin oleh proses persalinan dalam air.
Kekhawatiran utama adalah tidak ada jaminan kesterilan air yang digunakan untuk proses kelahiran. Itulah sebabnya Kemenkes RI masih belum mengizinkan hal ini dilakukan.
Keberadaan air yang belum tentu steril sebagai media dalam persalinan pasti meningkatkan risiko.
Air harus selalu diganti jika terkontaminasi dengan sesuatu, misalnya kotoran apabila ibu buang air besar di dalam air dan kemungkinan lainnya.
Selain infeksi baik pada ibu maupun bayi, risiko lain yang patut diwaspadai adalah meninggalnya bayi karena tenggelam ketika dilahirkan.
Baca Juga : Tak Perlu Kaget, Ini 5 Perubahan yang akan Terjadi pada Organ Intim Wanita Setelah Melahirkan
Angka bayi yang meninggal akibat tenggelam memang tidak banyak, namun tetap menjadi risiko yang perlu diwaspadai.
Kemudian, pengaturan suhu juga menjadi isu khusus. Bagaimana dalam proses water birth tidak dapat mengatur suhu yang tepat pada air /ruangan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk bernapas dan juga kebutuhan ibu.
Perlu diketahui bayi menangis pertama kalinya ketika ia dilahirkan dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Hal ini menjadi salah satu kelemahan persalinan jenis ini.
Kemudian, risiko lainnya walau sangat kecil kemungkinannya adalah terjadinya komplikasi seperti suhu badan di bawah normal (hipertemia) dan terlalu banyak air di dalam tubuh (hiponatremia).
Sejauh ini belum ada bukti akurat yang membuktikan persalinan dalam air jauh lebih baik dari persalinan normal.
Tetapi, pilihan tetap ada di tangan Anda. (Tika Anggreni – Intisari April 2018)
Baca Juga : Anda Mengalami Baby Blues Syndrome Pascamelahirkan? Cek Kondisinya dengan Ini!