Hal itu terjadi beberapa kali. Kejadiannya bisa lucu atau menghebohkan.
Pertama kali saya disibukkan oleh kegiatan ini, yaitu waktu Indonesia mendapat kunjungan dari Kepala Kantor Pengungsi PBB, yang bermarkas besar di jenewa, Pangeran Sadruddin Khan.
Kedatangannya ialah dalam mempersiapkan Tahun Pengungsi Internasional (International Refugee Year) serta komitmen pemerintah Indonesia untuk menerbitkan perangko khusus memperingati tahun pengungsi ini.
Baca Juga : 8 Foto Mengerikan Ujicoba Bom Nuklir, Untung Sekarang Dilarang PBB
Dalam waktu dua hari Kantor Penerangan PBB harus mempersiapkan kunjungan, membuat janji dengan pejabat-pejabat teras Indonesia, serta mengurus logistiknya: tempat penginapannya dan pengangkutan/penjemputan.
Pada waktu itu di Jakarta belum ada hotel-hotel internasional seperti sekarang, belum ada perusahaan taksi atau pehyewaan kendaraan.
Satu-satunya hotel yang agak lumayan ialah Hotel des Indes, yang kini sudah dibongkar dan menjadi shopping centre Duta Merlin di Jl. Gajah Mada. Kendaraan harus diusahakan dari pemerintah, begitupun sekuritinya.
Yang membuat tugas ini begitu menarik ialah pribadi Sadruddin Khan, yang berasal dari keluarga kaya-raya dan hidupnya sebagai jet-set di Eropa.
Ayahnya, almarhum Aga Khan, termasuk tokoh internasional yang beken; kakaknya, almarhum Aly Khan, termasuk playboy tingkat tinggi yang kawin-cerai berganti-ganti dengan bintang film, peragawati top atau ningrat Inggris.
Baca Juga : Wow, Start Up Travel dari Solo Ini Meraih Penghargaan Internasional PBB di Spanyol
Sadruddin Khan sendiri tidak begitu cemerlang, istrinya cuma satu, seorang Inggris dan hidupnya lebih serius, membaktikan diri pada nasib kaum pengungsi.
Pengalaman ini sangat mengesankan bagi saya, karena belajar bergaul dengan seorang pangeran yang kaya-raya dan termasuk jet-set lagi! Misinya berhasil.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR