"Jumlah itu kumulatif dari tahun 1987, ya. Jumlah ini adalah fenomena gunung es. Angka itu yang berhasil kita temukan," ujar Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Sigit Priohutomo seusai acara Gebyar Remaja Indonesia Peduli HIV/AIDS di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Sabtu (19/12/2015).
Menurut Sigit, penularan HIV tertinggi dikarenakan perilaku seks berisiko. Sedangkan penularan dari pemakaian jarum suntik sudah mulai menurun.
Selain itu, kurangnya pengetahuan terhadap penularan HIV masih kurang di kalangan remaja.
Padahal para remaja harus tahu pentingnya kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas untuk mencegah penularan HIV.
Psikolog Ratih Ibrahim menambahkan, pada saat remaja, yakni sudah memasuki masa pubertas akan muncul ketertarikan terhadap lawan jenis.
“Mereka, para remaja merasakan jatuh cinta, berpacaran, dan muncul gairah seksual. Sayangnya, para remaja ini belum tentu matang secara emosional,” jelas Ratih.
Sayangnya, ketertarikan tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan yang benar. Inilah yang menyebabkan remaja rentan melakukan perilaku seks berisiko dan tertular HIV.
"Remaja ini harus dapat informasi yang benar. Bahayanya kalau mereka dapat informasi tersesat hanya dengan tanya teman atau tanya google.”
Untuk itu, Ratih menyarankan agar para remaja harus diisi dengan kegiatan yang positif.
Contoh, pengertian ‘keren’ dikalangan remaja itu keren bukan dilihat dari banyaknya pacar atau sudah melakukan hubungan seksual.
Melainkan dari banyaknya kegiatan positif dan prestasi yang didapatkan.
Baca Juga : Mati Ketawa Ala Pesantren: Belajar Keluguan dan Kesederhanaan dari Humor NU
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR