Advertorial
Intisari-Online.com – Ketiga siswa yang bersekolah di PAUD Welipa dan SDN 2 Nainggolan dilaporkan dilarang bersekolah dan terancam diusir dari Kabupaten Samosir, Sumatra Utara.
Hal ini dikarenakan ketiga anak yatim piatu tersebut terserang Human Immunodefiency Virus atau HIV.
Dilansir dari Tribun-Video.commelansirVOA, pada Senin (22/10/2018), Sekretaris Eksekutif Komite AIDS Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Berlina Sibagariang mengatakan, masyarakat merasa khawatir akan keberadaan tiga anak tersebut.
Berlina menambahkan, para orangtua takut dirinya dan anak mereka tertular HIV.
Baca Juga : Cerita Lengkap Bocah 3 Tahun Tewas Terperangkap dalam Mobil, Pemilik Mobil Tak Dijerat Hukum
Oleh karenanya, mereka meminta ketiga bocah tersebut dikeluarkan dari sekolah.
Menurut laporan, ketiga bocah yang di antaranya seorang laki-laki dan dua perempuan tersebut berinisial H (11), SA (10), dan S (7).
Ketiganya merupakan penduduk luar yang didatangkan ke RS KHBP Nainggolan untuk dirawat.
Bahkan Pemkab Samosirjuga telah mendaftarkan ketiga anak tersebut ke sekolah. Namun, baru satu hari masuk, ketiganya tak diizinkan sekolah lagi.
Tak sampai disitu, Berlina mengatakan kepadaVOA, bahwa dia juga mendapat ultimatum dari masyarakat agar ketiga bocah itu meninggalkan KabupatenSamosirpaling lambat Kamis (25/10/2018).
Pihak Komite AIDS HKBP pun sudah melakukan mediasi dengan pihak sekolah ketiga anak tersebut, masyarakat Desa Nainggolan, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir.
Hasil mediasi tersebut berupa saran agar ketiga anak itu dipindahkan sekolah dan menjalanihome schooling.
Namun, Komite AIDS HKBP menolak saran tersebut karena hal itu justru akan membuat ketiga anak tersebut semakin merasa terisolasi.
Baca Juga : Ikut Proyek Jet Tempur Korean Fighter Xperimental, Indonesia Malah Nunggak Rp3 triliun
Seperti yang kita tahu, HIV merupakan sebuah virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS.
Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh. Sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi.
Tanpa pengobatan, seorang penderita HIV bisa bertahan hidup selama sembilan hingga 11 tahun setelah terinfeksi. Namun ini juga tergantung tipenya.
Pada tahun 2014, the Joint United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS) memberikan rapor merah kepada Indonesia.
Hal ini sehubungan penanggulangan HIV/AIDS.
Tidak hanya itu, pasien baru meningkat 47 persen sejak 2005.
Akibanya kematian akibat AIDS di Indonesia masih tinggi, karena hanya 8 persen Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang mendapatkan pengobatan obat antiretroviral (ARV).
Dilaporkan, Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang memiliki penderita HIV terbanyak, sekitar 640.000 orang.
Bersama China dan India, karena ketiga negara ini juga memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia.
Baca Juga : Ini 3 Kesalahan Jenderal Mallaby dalam Pertempuran Surabaya yang Menyebabkannya Terbunuh dan Sekutu Kalah
Remaja lebih rentan
Menurut Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga September 2015, kalangan remaja usia 15 hingga 24 tahun merupakan kelompok usia yang rentang terinfeksi HIV.
Dari data tersebut, remaja yang terinfeksi HIV berjumlah 28.060 orang atau sekitar 15,2%.
Sebanyak 2.089 orang di antaranya, sekitar 3%, sudah dengan penyakit AIDS.
"Jumlah itu kumulatif dari tahun 1987, ya. Jumlah ini adalah fenomena gunung es. Angka itu yang berhasil kita temukan," ujar Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Sigit Priohutomo seusai acara Gebyar Remaja Indonesia Peduli HIV/AIDS di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Sabtu (19/12/2015).
Menurut Sigit, penularan HIV tertinggi dikarenakan perilaku seks berisiko. Sedangkan penularan dari pemakaian jarum suntik sudah mulai menurun.
Selain itu, kurangnya pengetahuan terhadap penularan HIV masih kurang di kalangan remaja.
Padahal para remaja harus tahu pentingnya kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas untuk mencegah penularan HIV.
Psikolog Ratih Ibrahim menambahkan, pada saat remaja, yakni sudah memasuki masa pubertas akan muncul ketertarikan terhadap lawan jenis.
“Mereka, para remaja merasakan jatuh cinta, berpacaran, dan muncul gairah seksual. Sayangnya, para remaja ini belum tentu matang secara emosional,” jelas Ratih.
Sayangnya, ketertarikan tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan yang benar. Inilah yang menyebabkan remaja rentan melakukan perilaku seks berisiko dan tertular HIV.
"Remaja ini harus dapat informasi yang benar. Bahayanya kalau mereka dapat informasi tersesat hanya dengan tanya teman atau tanya google.”
Untuk itu, Ratih menyarankan agar para remaja harus diisi dengan kegiatan yang positif.
Contoh, pengertian ‘keren’ dikalangan remaja itu keren bukan dilihat dari banyaknya pacar atau sudah melakukan hubungan seksual.
Melainkan dari banyaknya kegiatan positif dan prestasi yang didapatkan.
Baca Juga : Mati Ketawa Ala Pesantren: Belajar Keluguan dan Kesederhanaan dari Humor NU