Advertorial

Disebut 'Powerpuff Girl' di Dunia Nyata, Gadis 10 Tahun Ini Diincar Google dan Microsoft

Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad
Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Gadis cilik yang dianggap sebagai Puwerpuff Girl di kehidupan nyata itu juga mulai menjual permainannya di Amazon.
Gadis cilik yang dianggap sebagai Puwerpuff Girl di kehidupan nyata itu juga mulai menjual permainannya di Amazon.

Intisari-Online.com- Samaira Mehta adalah seorang programmer cilik.

Dia tak lain adalah gadis berusia 10 tahun asal Silicon Valley yang menarik perhatian berbagai pihak.

Di usianya yang sangat muda, Samaira telah menjadi pendiri dan CEO dari sebuah perusahaan bernama CoderBunnyz yang diakui media nasional.

Karirnya ini berawal saat usianya baru 8 tahun.

Baca Juga : Hasyim Asyari, Kakek Gus Dur, Pendiri Pesantren Tebuireng yang Tidak Melulu Mengajarkan Pengetahuan Agama

Dia mulai menciptakan sebuah permainan bernama CoderBunnyz untuk membantu anak-anak lain membuat kode.

Sementara itu, Samaira sendiri telah belajar koding saat usianya baru enam tahun.

'POWERPUFF GIRL' DI KEHIDUPAN NYATA

Tak hanya berhasil membuat permainan CoderBunnyz, gadis cilik yang dianggap sebagai Puwerpuff Girl di kehidupan nyata itu juga mulai menjual permainannya di Amazon.

Baca Juga : Kisah Eman Sulaeman, ‘Kiper Terbaik’ Kejuaraan Piala Dunia Tunawisma 2016 yang Hanya Punya 1 Kaki Sejak Lahir

"Kami telah menjual 1.000 kotak selama 2 tahun," kata Samaira Mehta bersemangat sebagaimana dilansir pada This Is Insider, Senin (22/10/2018).

Saat dia meluncurkan CoderBunnyz, Samaira juga dibantu ayahnya, Rakesh Mehta (seorang insinyur Intel dan alumni Sun Microsystems/ Oracle) dengan rencana pemasaran selanjutnya.

Dengan permainan itu, Samaira membuat lokakarya pengkodean untuk anak-anak di sekolah seusianya.

Pada awal tahun ajaran ini, 106 sekolah menggunakan permainan ciptaan Samaira untuk mengajar anak-anak berkode.

Penjualan permainan telah berjalan baik, dan Samaira baru saja meluncurkan sekuelnya.

Permainan baru bernama CoderMindz ini dapat mengajarkan cara mengode menggunakan kecerdasan buatan.

Baca Juga : Rini Puspitasari Diduga Jadi Pelakor, Mengapa Seorang Suami Masih Mungkin untuk Berselingkuh?

CoderMindz bahkan dianggap sebagai permainan papan AI pertama.

Dengan itu, anak-anak akan belajar prinsip dasar AI.

Hingga akhirnya diharapkan mereka dapat menggunakan keterampilan itu untuk membangun robot.

Lokakarya ini termasuk serangkaian yang diadakan di kantor pusat Google di Mountain View, California.

Baca Juga : Rini Puspitasari Diduga Jadi Pelakor, Mengapa Seorang Suami Masih Mungkin untuk Berselingkuh?

Dan di sanalah dia bertemu Stacy Sullivan, Chief Culture Officer Google.

Samaira juga dijanjikan untuk dapat bekerja di Google setelah dirinya menyelesaikan studi kuliahnya kelak.

Namun, dia berkata Sullivan bahwa dia tidak tahu bagaimana ke depannya, karena Samaira lebih suka menjadi seorang pengusaha.

Samaira sendiri menaruh perhatian pada permasalahan tunawisma.

Dia ingin mengentaskan permasalahan ini, dan hasil usahanya juga didonasikan pada berbagai pihak.

Baca Juga : Jangan Menahannya, Kentut yang Ditahan Bisa Keluar dari Mulut Anda

Artikel Terkait