Advertorial

Kisah Tragis Para Ilmuwan yang Mati Kelaparan Justru di Tengah Gudang Penuh Makanan

Masrurroh Ummu Kulsum
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Inilah cerita para ilmuwanyang mati kelaparan menjaga gudang penuh makanan, mereka rela tak makan sedikit pun dari makanan-makanan itu.
Inilah cerita para ilmuwanyang mati kelaparan menjaga gudang penuh makanan, mereka rela tak makan sedikit pun dari makanan-makanan itu.

Intisari-Online.com – Pengepungan Leningrad 8 September 1941 - 8 januari 1944 selama Perang Dunia II, mungkin adalah salah satu pengepungan paling mengerikan dalam sejarah.

Rencana Hitler adalah untuk memutus semua rute pasokan makanan ke kota yang saat ini bernama St. Petersburg, Rusia, menyiksa dua juta penduduknya pada masa itu.

"Leningrad harus mati karena kelaparan", kata Hitler dalam pidato di Munich pada 8 November 1941.

Di musim-musim selanjutnya, ratusan ribu orang mati kelaparan.

Baca Juga : Ceplukan Semakin 'Naik Kelas', Ilmuwan Akan Menjadikannya 'The Next Strawberry' sehingga Mudah Dibudidayakan

Orang-orang berusaha dengan sisa kekuatan mereka untuk tetap hidup dengan makan serbuk gergaji.

Yang lain, mati kedinginan di jalan ketika mencoba berjalan beberapa kilometer ke kios distribusi makanan dalam cuaca −30 ° C.

Ketika tentara Jerman menyerbu kota dan menghancurkannya, sekelompok ahli botami Rusia bersembunyi di dalam lemari besi Vavilov Institute of Plant Industry dengan koleksi benih dan tanaman yang dapat dimakan.

Koleksi ini, menurut Sun Sentinel, termasuk benih dari 187 ribu varietas tanaman, dimana 40 ribu di antaranya dapat dimakan – salah satu program terbesar di dunia dalam keanekaragaman genetik tanaman pangan.

Ada beras, gandum, jagung, kacang-kacangan dan kentang, semua cukup untuk bekal mereka menghadapi hari-hari kelam dalam pengepungan.

Tetapi, mereka tidak memakan itu semua demi menyelamatkan hidup.

Mereka memilih melindungi benih-benih itu dari Nazi juga orang-orang kelaparan yang merampok di jalan-jalan untuk mencari apa pun yang bisa dimakan.

Koleksi tersebut terdiri atas 16 kamar di mana tidak dibiarkan tanpa pengawasan.

Mereka menjaga penyimpanan secara bergiliran sepanjang wakjtu, hingga mati rasa terhadap dingin bahkan kurus kering karena kelaparan.

Baca Juga : Cuma Gara-gara Cangkang Biji Melon Dibuang di Danau Terkenal, Kekacauan Meletus Seketika

Pada bulan Januari 1942 dikutip dari Sun Sentinel, Alexander Stchukin, seorang spesialis kacang, meninggal di meja tulisnya.

Botanis Botanis Dmitri Ivanov juga meninggal karena kelaparan saat dikelilingi oleh benih-benih padi yang ia jaga.

Pada akhir 1944, sembilan dari mereka mati kelaparan mengawasi semua makanan-makanan itu.

Banyak tanaman yang kita makan hari ini berasal dari perkawinan silang dengan varietas yang diselamatkan para ilmuwan dari kehancuran.

Bank benih yang ditinggalkan para ilmuwan Soviet adalah salah satu yang pertama dari jenisnya.

Bank benih tersebut didirikan tahun 1926 oleh ahli botani dan genetika Rusia, Nikolai Vavilov.

Menurut The Splendid Table, ia telah mengumpulkan banyak umbi-umbian dan buah-buahan dari sluruh dunia, lebih banyak daripada yang pernah dilakukan manusia lainnya.

Lahir di desa yang miskin, Vavilov terobsesi sejak kecil untuk mengakhiri kelaparan di Rusia dan dunia.

Pada awal abad ke-20, di antara dua perang dunia, Vavilov melakukan perjalanan ke lima benua, mengunjungi 64 negara, mengumpulkan varietas tanaman pangan.

Ia secara otodidak belajar 15 bahasa sehingga mudah baginya untuk berbicara dengan petani lokal.

Setelah hampir satu dekade perjalanan dan ratusan perjalanan kemudian, Vavilov mendirikan Stasiun Eksperimental Pavlovsk sebagai bagian dari Institut Industri Perkebunan yang terletak di Pavlovsk di Leningrad.

Baca Juga : Seorang Suami Menceraikan Istrinya Setelah Melihatnya Berpelukan dengan Pria Lain Melalui Google Maps

Artikel Terkait