Advertorial
Intisari-Online.com – Akankah menjadi akhir cerita loyalitas seorang Yuli Sumpil pada Arema?
Komisi Disiplin (Komdis) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) telah menjatuhkan sanksi untuk Arema FC usai kericuhan yang terjadi saat pertandingan Liga 1 Indonesia, Arema FC VS Persebaya (6/10/2018)di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Salah satu sanksi yang menjadi perhatian adalah adanya dua suporter Arema yang dilarang memasuki stadion di wilayah Republik Indonesia seumur hidup mereka.
Sanksi tersebut diterima oleh Yuli Sumpil dan Fandy. Mereka, masuk ke dalam lapangan sebelum laga digelar dan memprovokasi pemain Persebaya yang sedang melakukan warming up.
Baca Juga : Kiper Arema FC Achmad Kurniawan Meninggal Dunia karena Serangan Jantung
Terkhusus untuk Yuli, nama ini tidak asing di persepakbolaan Indonesia. Ia adalah dirigen Aremania.
Yuli juga sudah sering wira-wiri diundang di berbagai acara TV untuk menceritakan tentang kecintaannya pada Arema.
Pria yang bernama asli Yuli Sugianto (42) ini sudah sejak kelas 5 SD menjadi Aremania.
Datang ke stadion mendukung langsung Arema adalah kewajiban yang harus ia jalankan.
Ngamen di jalanan bahkan membantu menjual kue ibunya, Yuli lakukan demi dapat sepeser uang untuk membeli tiket menonton Arema.
Saat Arema berlaga di luar Malang, meminta tumpangan truk demi truk hingga kota tujuan tempat Arema bertanding juga dengan senang hati dilakukan.
Yuli pantang masuk stadion secara gratisan meski sebenarnya ia diber fasilitas untuk itu.
Salah satu hal paling berani yang pernah Yuli lakukan adalah menjual cincin tunangan untuk pacarnya demi bisa menontom Arema di luar kota.
Bercerita kepada Tukul Arwana dalam The Interview With Tukul, Yuli mengaku kejadian itu terjadi pada 2010 lalu.
Pada 26 Mei 2010, Arema hanya buth hasil imbang untuk dapat merengkuh gelar juara ISL 2009/2010 di markas PSPS Pekabaru.
Yuli tak mau meninggalkan detik-detik Arema mengangkat piala sehingga ia menjual cincin pertunangan dengan pacarnya untuk modal ke Pekanbaru.
"Setelah kejadian itu dia mutusin saya. Kami tak jadi bertunangan," komentar Yuli sambil tertawa kecil kepada Andy – ia juga pernah berbagi kisahnya di program Kick Andy Metro TV.
Kisah Yuli Sumpil sang dirigen Aremania yang membuat lagu, memimpin para Aremania bernyanyi tanpa henti saat mendukung Arema di stadion pun hinggga diangkat dalam sebuah film dokumenter berjudul 'The Conductors'.
Film garapan Andi Bachtiar Yusuf ini menyandingkan sosok Yuli Sumpil dengan Addie MS (Twilite Orchestra), AG Sudibyo (Paduan Suara Mahasiswa UI) sebagai orang yang mampu mengajak banyak orang untuk menciptakan sesuatu yang indah.
Film tersebut bahkan menjadi film dokumenter terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia tahun 2008.
Berbagai prestasi lain juga ditorehkan Yuli bersama Aremania, The Best Suporter pada Ligina VI tahun 2000, The Best Supporter Piala Indonesia 2006, juga pernah menjadi suporter terbaik dari PSSI.
Kini, PSSI tidak hanya pernah menjadikan Yuli dan Aremania lainnya sebagai suporter terbaik tetapi juga telah menjadi pengganjal besar bagi Yuli untuk terus memandu Aremania meneriakkan 'Salam Satu Jiwa' dalam stadion untuk Arema.
Hukuman larangan hadir di stadion seumur hidup bagi Yuli juga menjadi pro-kontra di tubuh Aremania sendiri.
Baca Juga : Yuk, Mengenal Yolla Yuliana, Pemain Voli Timnas yang Cantiknya Mirip Isyana Sarasvati
Desakan untuk Arema agar melakukan banding untuk Yuli pun membanjiri kolom komentar instagram resmi Arema.
Tetapi, ada juga mereka yang 'legowo' menilai hukuman tersebut harus diterima dan menjadi bahan introspeksi diri bagi tiap suporter agar ke depan tidak ada kejadian serupa.
Jadi, akankah ini benar-benar menghalangi Yuli Sumpil untuk mendukung Arema langsung di stadion?
Baca Juga : Dijebloskan ke Rumah Sakit Jiwa pada Perang Dunia II, Andras Toma 'Tak Pernah Bicara' Selama 55 Tahun