Advertorial

Terisolasi dari Dunia Luar, Suku Zoe Justru Jadi Suku Paling Bahagia di Dunia

Tatik Ariyani
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Bisa jadi suku Zoe adalah salah satu contoh suku yang memahami betul arti dari kebahagiaan dengan kehidupan mereka yang terisolasi dari dunia luar.
Bisa jadi suku Zoe adalah salah satu contoh suku yang memahami betul arti dari kebahagiaan dengan kehidupan mereka yang terisolasi dari dunia luar.

Intisari-Online.com -Mungkin kebanyakan orang akan berpikir bahwa mereka tak sanggup untuk tinggal di daerah terisolasi yang hampir tidak mendapatkan akses ke dunia luar.

Namun, beberapa suku yang masih bertahan dengan gaya hidup tradisional mereka nyatanya masih bisa bertahan, bahkan mereka bahagia dengan kehidupan mereka.

Bisa jadisukuZoe adalah salah satu contohsukuyang memahami betul arti dari kebahagiaan.

Tersembunyi jauh dari kemajuan yang mengancam budaya leluhur mereka,sukuZoe tidak memakai alas kaki.

Baca Juga : Proses Menyakitkan Tradisi Potong Jari Suku Dani sebagai Ungkapan Kesedihan atas Keluarga yang Meninggal

Sentuhan dan interaksi mereka dengan Bumi seakan tergambar dari hal ini.

Dalam keseharian, mereka hidup dengan tenang dandamai.

Berbeda dengan gambaran kehidupan sosial saat ini, terutama ketika mulai tercampur dengan urusan politik.

Mereka selalu bersama dan jauh dari individualisme.

Baca Juga : Cara Ampuh Hidup Bahagia dan Jauh dari Gangguan Jiwa

Bahkan kehidupan mereka yang berlangsung di tengah lingkungan keras dan tidak bersahabat, tidak membuat mereka menjadi seorang yang keras.

Mereka bahkan berhasil membangun kehidupan yang tenang.

Tidak heran bila mereka mendapat predikat sebagai suku yang paling bahagia dan damai.

Mereka juga dikenal dengan keramahan dan perilaku yang menunjukkan kasih sayang.

Baca Juga : Karakorum: Megkilapnya Pohon Perak dan Benda Unik Lain dari Ibukota Mongol Abad ke-13

Hal ini terlihat dari perilaku mereka yang rutin menyentuh dan membelai sebagai rasa hormat dan cinta.

Suku Zoe hidup di dalam hutan amazon, Brasil, di antara tepi sungai erepecuru cuminapanema.

Rumah mereka terbuat dari kayu besar dan atap yang terbuat dari jerami serta dedaunan besar.

Satu keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut berbagai fasilitas, seperti kasur gantung yang terbuat dari serat yang di buat oleh para wanita.

Baca Juga : Dijebloskan ke Rumah Sakit Jiwa pada Perang Dunia II, Andras Toma 'Tak Pernah Bicara' Selama 55 Tahun

Ketika berburu, mereka akan melakukannya secara sendiri-sendiri.

Namun bila sumber makanan mereka ini tersedia banyak—monyet, ikan, atau burung—mereka akan berburu secara berkelompok.

Tujuannya adalah agar proses berburu menjadi lebih mudah.

Baca Juga : Di Tengah Isu Kelaparan Warga Korea Utara, Kim Jong-un Justru Pamer Mobil Mewah Senilai Rp7 Milliar

Suku Zoe memakai sepotong kayu berbentuk kerucut yang dipasang menembus bawah bibir mereka.

Kayu tersebut bernama Poturu. Fungsinya adalah untuk membedakan suku Zoe dengan suku lainnya.

Sejak kecil, antara usia 7 hingga 9 tahun, suku Zoe memasangkan Poturu kepada anak-anaknya.

Bahkan Poturu juga akan diganti dengan Poturu yang lebih besar, seiring dengan pertambahan usia mereka.

Tidak berhenti sampai di situ, mereka bahkan mengenakan Poturu hingga embusan nafas terakhir.

SukuZoe dalam kehidupan sosialnya tidak mengenal adanya pemimpin.

Mereka lebih senang mendengarkan nasihat dari para sesepuh.

Sebuah keputusan pun diambil secara bersama-sama.

Walau hidup di hutan belantaraAmazonyang gelap dan kejam, tetapi mereka bisa tetap hidup secara bersama-sama dan berdampingan.

Tidak ada kemarahan bahkan perselisihan. Hukumannya berat bila mereka terlibat perselisihan.

Mereka harus pergi meninggalkan keluarga dan desa tersebut.

Baca Juga : CCTV: Detik-detik Pengantin Baru 'Ditelan Bumi', Saat Ditemukan Mereka Sudah Tak Bernyawa

Artikel ini pernah tayang dinationalgeographic.grid.id dengan judul "Suku Zoe, Suku Pedalaman Paling Bahagia Terisolasi dari Dunia Luar"

Artikel Terkait