Advertorial

Cara Ampuh Hidup Bahagia dan Jauh dari Gangguan Jiwa

K. Tatik Wardayati
,
Yoyok Prima Maulana

Tim Redaksi

Memperingati hari Kesehatan Jiwa Sedunia, ini kiatnya agar kondisi jiwa kita tetap terpelihara sehat.
Memperingati hari Kesehatan Jiwa Sedunia, ini kiatnya agar kondisi jiwa kita tetap terpelihara sehat.

Intisari-Online.com – Berdasarkan pengalaman praktik yang dijalankan, Dr. Wiendarto memberi beberapa kiat agar kondisi jiwa kita tetap terpelihara sehat:

Berusahalah untuk meletakkan stresor di punggung, sebagai pendorong, bukan di kepala, yang dijadikan beban. Dalam hidup memang selalu ada masalah. Jangan jadikan masalah itu sebagai penghambat kehidupan kita.

Janganlah membawa problem di tempat kerja ke dalam rumah atau kamar. Demikan pula sebaliknya. Bila di tempat kerja kita mengalami ketegangan dengan atasan, teman, atau bawahan, sesampai di rumah jangan lagi membuat ketegangan dengan pasangan dan anak.

Jangan pula membawa kemarahan di kantor ke kamar tidur, sehingga menyebabkan kita mengalami kesulitan tidur.

Baca Juga : Berdasar Riset, Bali Masuk Peringkat Empat Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Berat di Indonesia

Berusahalah berpikir positif. Misalnya, kita mengalami kecelakaan yang menyebabkan bagian mobil kita penyok, tapi kita tidak mengalami cedera.

Kita mesti "bersyukur" karena kita tidak sampai cedera dan harus dibawa ke rumah sakit. Sebab, kalau sampai dirawat di rumah sakit kita harus mengeluarkan biaya perawatan di samping perbaikan mobil.

Buatlah ventilasi persoalan hidup dengan mengomunikasikan problem kita kepada orang yang bisa kita percayai. Dengan begitu beban tersebut akan menjadi lebih ringan.

Ingat, pilih orang yang betul-betul kita percayai. Kalau persoalan itu disampaikan kepada orang yang salah, persoalan justru bergeser menjadi gosip yang malah membebani kita.

Baca Juga : Pemuda Jatuh dari Tebing di Bali saat Selfie: Tak Hanya Bisa Renggut Nyawa, Selfie Juga Bisa Jadi Tanda Gangguan Jiwa

Lakukanlah pengampunan terhadap orang yang telah melukai hati kita. Daripada kesalahan orang lain terhadap kita menjadi beban pikiran terus, lebih baik lupakan saja.

Bersyukurlah senantiasa. Misalnya, kalau gaji kita tidak pernah naik, tetapi harga kebutuhan hidup terus naik, tetaplah bersyukur karena masih tetap bekerja. Masih banyak orang di sekitar kita yang tidak punya pekerjaan atau penghasilan tetap.

Berbelanjalah sesuai dengan kebutuhan, bukan sesuai dengan keinginan. Mengapa? Karena beban ekonomi, sering kali juga menjadi stresor yang bisa menggangu kesehatan jiwa kita.

Berolahragalah secara teratur. Berolahraga dapat menimbulkan efek relaksasi akibat endorfin yang dikeluarkan saat berolahraga.

Baca Juga : Masih Ingat dengan Kartun Winnie The Pooh? Ternyata 5 Karakter di Dalamnya Cerminkan Gangguan-gangguan Jiwa Ini Lho...

Berekreasilah pada saat libur atau senggang untuk mengurangi stres. Berekreasi tidak harus yang mahal. Minimal, kita merasakan perubahan suasana.

Makan dan minumlah secara teratur, jauhilah minuman yang mengandung kafein. Soalnya, pada orang-orang tertentu kafein dapat menimbulkan atau meningkatkan kecemasan.

Berkomunikasilah dengan orang-orang di sekitar kita dengan cara dan waktu yang tepat.

Kenali tanda dan gejala depresi

Baca Juga : Gempa dan Tsunami Palu Bisa Menimbulkan Trauma Berat bahkan Depresi bagi Korban, Ini Alasannya

Wajar jika seseorang tidak menyadari dirinya telah mengalami depresi. Hasil penelitian Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa yang dipublikasikan 2006 lalu menyebutkan, sekitar 95% masyarakat Indonesia saat ini mengidap depresi dari tingkat ringan sampai berat (suaramerdeka. com).

Kondisi itulah yang menyebabkan masyarakat mudah marah, kecewa, malas bekerja, apatis, pasif, dan pasrah pada keadaan. Apakah kita termasuk masyarakat yang 5% sisanya? Wallahuallam.

Mari kenali tanda dan gejala depresi klinis di bawah ini:

  • Kehilangan keinginan untuk melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan pada waktu senggang.
Baca Juga : Hindari Depresi dengan Mencintai Hidup Anda Sendiri, Ini 5 Cara Melakukannya!

  • Rasa sedih, cemas, atau tidak mood yang berkelanjutan.
  • Perubahan pola tidur.
  • Kehilangan nafsu makan dan bobot badan melorot, atau nafsu makan meningkat dan badan tambah melar.
  • Kehilangan kesenangan dan ketertarikan pada aktivitas yang menyenangkan, termasuk berhubungan seksual.
Baca Juga : Menurut Ahli, Perbedaan Stres dan Depresi Bisa Diketahui Lho

  • Keresahan, mudah marah.
  • Gejala fisik yang menetap yang tidak menunjukkan perbaikan setelah diobati, seperti nyeri kronik atau gangguan saluran cerna.
  • Kesulitan berkonsentrasi di pekerjaan atau di sekolah, atau sulit mengingat sesuatu atau membuat keputusan.
  • Fatigue atau tidak punya energi.
  • Merasa bersalah, tak punya harapan, atau tidak berharga.
  • Memikirkan hal-hal negatif, termasuk mencederai diri.
Jika mengalami lima atau lebih gejala tersebut selama dua minggu atau lebih, kita mungkin menderita depresi. Sebaiknya segera temui psikiater. (Intisari Health 2016)

Baca Juga : Penderitaan Tak Akan Bertahan Selamanya, Inilah 7 Obat Depresi yang Jarang Diketahui Orang

Artikel Terkait