Baca Juga : Ide Gila AS: Saat Bom Nuklir Ditembakkan ke Angkasa untuk Hancurkan Badai pada 1952
Selama 30 menit, Choong berada di tempat yang lebih tinggi dan menunggu tsunami mereda.
Setelah dia memastikan tempatnya aman, dia kembali ke tempat ibu gadis kecil itu berada. Dia bisa mendengar teriakan kesakitan dari si ibu karena sebuah beton menimpa pahanya.
Sayangnya, Choong tidak bisa mengangkat beton tersebut. Dia pun menunggu hingga satu jam sampai orang-orang datang membantu.
Syukurnya, mereka berhasil menyelamatkan nyawa si ibu. Mereka pun segera ke tempat pengungsi yang sudah dihuni banyak penduduk. Francois dan anak si ibu juga di sana.
Mereka tinggal di sana beberapa jam sampai pihak penyelenggara acara paralayang berhasil menemukan Choong dan Francois.
Namun karena koneksi terputus, Choong tidak bisa menghubungi keluarganya di Singapura.
Dia baru berhasil menghubungi istrinya beberapa jam kemudian dan meminta sang istri memberitahu Kementerian Luar Negeri Singapura.
Besok harinya, Choong memberanikan diri mencari paspornya di area dengan Hotel Mercure.
Baca Juga : Beryl Dean Ahli Sulam Terkenal di Inggris Karyanya Banyak Ditempatkan di Gereja-gereja
Dalam perjalanan ke sana, dia bisa melihat betapa mengerikannya kondisi kota Palu.
"Sepanjang jalan, saya melihat bahwa jalan di sepanjang pantai rusak, semua hal hancyutbangunan runtuh dan ada puing-puing di mana-mana," katanya.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR