Advertorial
Intisari-Online.com – Mungkin kita tak asing dengan nama Dr. Radjiman Wedyodiningrat, nama salah satu pendiri bangsa.
Ya, tahun 2013 lalu Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wediodiningrat ditetapkan sebalah pahlawan nasional atas jasanya untuk bangsa.
Radjiman adalah salah satu pendiri Boedi Uotomo dan menjabat sebagai ketua di tahun 1914-1915.
Ia juga adalah ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKI) yang berdiri pada 28 Mei 1945.
Baca Juga : Mewahnya Melebihi Istana Inggris, Rumah Termahal di Dunia ini Ternyata Sempat Dihujat Penduduk Mumbai
Pada sidang pertama BPUPKI, 29 Mei 1945, Radjiman mengajukan pertanyaan kepada peserta sidang, “Apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?”
Pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Soekarno sebagai Pancasila.
Jawaban Soekarno tersebut kemudian ditulis oleh Radjiman dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948, di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.
Di tempat itu jugalah, di rumah yang saat ini masih berdiri kokoh, Radjiman menghembuskan nafas terakhirnya pada 20 September 1952.
Lahir di Mlati, Yogyakarta, 21 April 1879, Radjiman memilih Boelak Nglaran, daerah Walikukun, Kabupaten Ngawi, sebagai tempatnya menghabiskan masa tua.
Awalnya, ia tak tinggal di rumahnya itu, melainkan di Tretes, Jawa Timur. Tetapi karena iklim di Tretes kurang cocok untuk penyakit rematinya, Radjiman memilih pindah.
Sampailah Radjiman di Dukuh Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, dimana itu merupakan daerah persawahan yang luas.
Hutan jati juga ada di sebelah timur dan baratnya, ditengah-tengahnya, rel kereta api Solo-Surabaya membentang di sana.
Pada 22 September 2018 lalu selang dua hari setelah hari kematiannya pada 20 September 1952, Intisari berkunjung ke rumah masa tua Radjiman.
Baca Juga : Kisah Mendebarkan Penyelamatan Seorang Anak yang Terkubur Salju di Dalam Rumahnya Sendiri Selama Dua Jam
Situs Dr. KRT. Radjiman Wediodiningrat
Rumah tua yang berdesain klasik Jawa-Belanda ini terlihat masih kokoh dan terawat, meski telah berdiri selama 140 tahunan lebih lamanya.
Saat pertama kali tiba di depan pintu gerbangnya, kita akan melihat halaman yang cukup luas, serta pintu gerbang berbentuk gapura bertuliskan Situs Dr. KRT. Radjiman Wediodiningrat.
Tampak mencolok begitu luas 1,5 hektare, ditengah rumah-rumah warga di samping kiri-kanan, dan depannya.
Layaknya rumah-rumah orang pada umumnya, pintu gerbang rumah Radjiman terkunci. Di pagarnya ada papan bertuliskan "JIka ingin berkunjung hubungi nomer berikut 0852-3595-4755."
Rupanya nomer tersebut adalah nomer juru kunci rumah Radjiman, Bapak Sadimin.
Sadimin tinggal tak jauh dari rumah Radjiman, ia menjadi juru kunci rumah tersebut sudah sejak tahun 1990.
Generasi ke-3, orang yang dipercaya menjaga rumah penuh sejarah itu.
Sadimin bercerita banyak tentang rumah Radjiman yang hak miliknya ada ditangan cucu Radjiman, Retno Widowati yang tinggal di Jakarta.
Sadimin pun dengan senang hati memperlihatkan dan menjelaskan setiap detil rumah Radjiman.
Ya, rumah tersebut menurut Sadimin telah berusia 140 tahun lebih.
Awalnya rumah tersebut milik orang Belanda Nicholas Leonard van Deuning, lalu pada tahun 1936 dibeli oleh Radjiman seharga 13.000 gulden Belanda, atau berkisar Rp99 juta.
Harga tersebut terdiri atas tanah tanah kering 10,5 hektare dan tanah sawah 63 hektare.
Baru tahun 1938, Radjiman menempatu rumah itu yang terdiri atas bangunan rumah tempat tinggal, lumbung padi, garasi, serta pekarangan yang luas untuk menjemur padi.
Rumah Radjiman Wediodiningrat.
1. Rumah Radjiman tampak dari luar
Bangunan ini didominasi warna hijau dan putih, catnya masih tampak segar karena rutin dilakukan pengecatan.
Semua masih asli, hanya gentengnya saja yang diganti.
Di depannya terdapat patung Dr. Radjiman Wediodiningrat setengah badan, penanda ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Masih berdiri kokoh selama 100 tahun lebih, ternyata ada yang unik saat pembangunan rumah tersebut.
Hal ini ini diceritakan oleh Sadimin lansung kepada Intisari, "Bangunan zaman Belanda kan memang-kuat-kuat."
"Ceritanya orang terdahulu waktu bangun, batu dan pasir yang digunakan di cuci dulu. kalau orang sekarang kan langsung pasang, itu nggak. Dikocori (Disiram) pakai air."
Sehingga bahan-bahan tersebut akan merekat kuat.
Sadimin menambahkan, pembangunan rumah tersebut tidak menggunakan semen seperti semen yang kita kenal saat ini melainkan semen merah.
"Padahal itu tidak pakai semen, pakainya semen merah dari batu bata yang dihaluskan dicampur dengan gamping," ujar Sadimin.
Baca Juga : Mahatma Gandhi: Tak Pernah Punya Tujuan Menaklukkan Tetapi Justru Merangkul Musuh Jadi Sahabat
2. Garasi
Di sebelah kanan rumahnya, terdapat garasi yang dulu digunakan Radjiman untuk menyimpan mobilnya, merek Cadillac.
Kini, garasi tersebut berisi replika kereta kuda.
Kereta yang dulu digunakan oleh Radjiman untuk berkeliling memantau swah, atau sekedar jajan ke Walikukun.
3. Lumbung padi
Di sebelah kiri rumahnya, terdapat lumbung padi yang saat ini telah dialih fungsikan sebagai pusat informasi.
Sebelum masuk, kita diharuskan mengisi buku tamu.
Lumbung padi tersebut berisikan kata-kata Radjiman, beserta infografis dalam bentuk poster berisikan riwayat hidupnya.
Di depan lumbung, sebuah kentongan besar dari kayu.
4. Ruang tamu
Masuk ke dalam rumah Radjiman, kita akan disambut oleh sejumlah kursi yang masih asli sejak dulu.
Suasana ruangan ini sangat sejuk, dengan sedikit cahaya dari jendela dari luar yang menerobos tirai bambu.
Didukung dengan lantainya yang masih asli serta plafon dari bambu yang juga masih asli, hanya dicat ulang dengan warna hijau.
Di dinding-dinding, terdapat juga dokumentasi foto-foto Radjiman dan beberapa foto pejabat serta tokoh-tokoh yang pernah menyambangi rumah itu. Joko Widodo dan Puti Soekarno di antaranya.
Baca Juga : Istri Indro Warkop Idap Kanker Paru-paru: Ini Gejala Kanker Paru-paru yang Sering Tak Disadari
5. Ruang tengah
Setelah dari ruang tamu, kita akan masuk ke dalam ruang tengah. Ruangan ini juga berfungsi sebagai ruang makan.
Tak jarang, ruangan tersebut juga digunakan sebagai tempat pertemuan antara Radjiman dan tokoh-tokoh penting negara saat membahas sesuatu.
Perabot seperti lemari, kursi dan meja masih asli.
Terlihat di meja makan tersebut, beberapa piring dan gelas masih terlihat di atas meja.
"Kemarin baru ada acara kirim doa buat Dr. Radjiman itu mbak, makanya masih berantakan belum sempat saya rapikan lagi," kata Sadimin.
Menurut Sadimin, hari kematian Radjiman selalu diperingati dengan mengadakan acara kirim doa atau tahlilan dirumahnya.
6. Kamar Radjiman
Tepat berada di sebelah kanan ruang makan, ada kamar milik Radjiman.
Tak banyak perabot yang ada di dalam kamar ini, yang paling terlihat adalah ranjang besi besar berwarna hijau.
Ranjang tersebut merupakan tempat Radjiman merebahkan tubuhnya saat beristirahat, masih asli. Hanya dicat ulang agar tetap terawat.
Sadimin bercerita ranjang tersebut terbuat dari besi seutuhnya, sehingga hingga kini masih kuat.
7. Ruang pusaka
Di dalam kamar Radjiman, ada sebuah pintu yang ternyata mengarah pada ruangan yang cukup sakral.
Ruangan ini adalah tempat Radjiman bermeditasi mencari inspirasi. Benda yang paling bergharga milik Radjiman juga disimpan di sana.
Adalah 4 tombak dengan panjang yang berbeda beda, masing-masing memiliki nama, yakni Kyai Pleret, Kyai Slamet, dan Pulanggeni. Sementara satu tombak lagi, Sadimin mengaku lupa namanya.
"Yang satunya ini.. aduh apa, lupa mbak," katanya sembari tertawa kecil.
Ada juga meja rias milik Radjiman yang tersimpan di di sana, kacanya dibiarkan meski sudah pecah sebagai bukti benda tersebut adalah asli.
Baca Juga : Dahsyatnya Perang Kades: Saat Pasukan Mesir Menang Melawan Musuh 'Sebanyak Pasir di Pantai'
8. Kamar tamu
Beranjak ke kamar selanjutnya, ada kamar yang khusus digunakan apabila ada tamu yang menginap di rumah Radjiman.
Sama, ranjang berwarna hijau di dalamnya masih asli.
Beberapa barang pribadi milik Radjiman seperti koper yang terbuat dari kulit asli juga di simpan di sana.
9. Dapur
Beralih ke dapur, beberapa perabot yang ada di sana sebagian besar telah diganti karena termakan usia.
Seperti tungku untuk memasak, yang terdapat dalam foto adalah replikanya.
Meski begitu, ini memberikan gambaran bagaimana makanan untuk Radjiman dulu dipersiapkan.
10. Teras belakang
Dari sekian ruangan yang ada di rumahnya, teras belakang menjadi yang paling favorit bagi Radjiman.
Duduk di kursi tua itu, Radjiman senang menghabiskan sore bersantai dengan minum teh menghadap ke Gunung Lawu serta hamparan sawah nan luas.
Rumah yang menjadi saksi bisu bagaimana tokoh bangsa ini menghabiskan hari-harinya untuk memikirkan bangsanya.
Rumah Radjiman tetap berdiri dan perabot di dalamnya terawat baik tentu tidak lepas dari peran Sadimin sendiri.
Sudah bertahun-tahun Sadimin selalu rutin menyapu, mengepel, dan merawat rumah itu.
"Seminggu sekali/dua kali daya bersihkan mbak, tergantung juga saya longgarnya kapan karena ada kegiatan juga di masyarakat," katanya.
Ia mengaku senang menjalani tugasnya sebagai juru kunci, mengabdikan diri kepada Radjiman, untuk ikut melestarikan sejarah bangsa.
Baca Juga : 30 Dokter Lakukan CPR Selama 5 Jam Demi Selamatkan Nyawa Bocah 8 Tahun Penderita Gagal Jantung Akut