Banyak yang tidak ada sangkut-paut apa-apa, hanya ingin tahu saja.
Baca Juga : Tragedi Sukhoi dan Penyebab Kecelakaan Pesawat Terbang yang Selalu Kompleks
Di ruang tunggu itu kami ditemui oleh isteri pilot helikopter yang hilang itu, seorang wanita Thai, pilot itu sendiri orang Amerika. Dengan bahasa Inggeris yang terputus-putus dan mata yang berair ditanyakan nasib suaminya pada saya.
Saya cuma bisa menjawab bahwa sejak pagi saya telah mulai pencarian ini dan tidak ada hasilnya. Pencarian ini belum dihentikan dan saya akan berusaha keras untuk menemukannya.
Dalam hati saya cuma berpikir alangkah bahagia punya isteri begitu baik, dia cepat-cepat terbang dari Singapura ke Semarang dengan kesempatan pertama begitu mendengar suaminya hilang.
Di situ saya tanya lagi pada petugas-petugas barang kali ada lagi pesawat-pesawat lain yang akan ikut dalam pencarian ini. Jawabnya sudah bisa ditebak ini hari Minggu banyak pejabat yang berwenang menggerakkan pesawat sedang berhari Minggu.
Baca Juga : 5 Tahun Jatuhnya Sukhoi di Gunung Salak: Inilah 6 Kecelakaan Pesawat Terburuk di Indonesia
Pesawat saya diisi lagi bahan bakar maksud kami akan mengadakan usaha pencarian sampai mata hari terbenam. Sementara itu saya lihat pesawat yang menyertai kami di tengah laut tadi sudah mau turun, menghentikan pencarian ini. Kabarnya cuaca buruk telah menutup daerah itu.
Kami take off lagi kini kami langsung menuju pulau-pulau Karimunjawa. Di beberapa tempat terlihat hujan memang turun, tetapi belum hebat benar, kami masih bisa terbang di sela-selanya.
Semua pulau kami sambar sampai-sampai pesawat kami hanya beberapa meter saja dari tanah. Banyak pulau-pulau kosong disitu tidak ada tanda-tanda kehidupan. Di pulau yang berpenduduk tidak ada sesuatu yang luar biasa terjadi tenang-tenang saja.
Tidak ada gerakan orang-orang menuju satu tempat misalnya melihat pesawat jatuh atau melihat orang yang terdampar di pantai.
Baca Juga : Tragedi Chapecoense dan Kecelakaan-kecelakaan Pesawat yang Melibatkan Tim Sepakbola Lainnya
Ternyata sedang main bola
Di sebelah barat dan utara pulau-pulau tadi banyak sekali perahu layar penangkap ikan. Saya tidak ada pikiran untuk mencarinya di sekitar itu. Karena kalau helikopter itu celaka disitu pasti akan ditolong oleh nelayan-nelayan.
Mereka orang-orang sederhana dengan jalan pikiran sederhana juga, tidak mengharap balas jasa atau ambisi apa-apa. Lalu kami terbang agak ke timur mulai pencarian di situ beberapa jam lamanya. Tidak ada hasilnya.
Dari sini ke dekat dekat pantai Utara Jawa. Dari situ terlihat gunung Muria menjulang tinggi dikaki langit sebelah Selatan.
Baca Juga : 10 Orang Paling Beruntung dalam Sejarah Manusia: Dua Kali Terhindar dari Kecelakaan Pesawat Terbang
Akhirnya, pemandangan mulai kabur karena matahari yang hampir terbenam sinarnya tertutup oleh awan-awan gelap. Tidak ada gunanya diteruskan lagi pencarian ini, saya putuskan begitu dan saya katakan kepada kedua penumpang saya.
Pesawat saya bawa naik ke atas awan-awan kembali ke Semarang. Di situ kedua pencharter saya turunkan lalu saya terbang kembali ke Jakarta. Suatu penerbangan malam dengan sisa-sisa tenaga saya.
Paginya hari Senin. Saya tidak dinas lagi, pencarian dilanjutkan oleh pilot lain yang hari itu kena giliran "standby duty". Probable area diperluas sampai jauh ke timur melampaui gugusan pulau-pulau Karimunjawa.
Pencarian diikuti oleh pesawat-pesawat perusahaan dan instansi lain. Salah seorang pilot itu melihat seorang kulit putih memakai kain sarung sedang main bola di salah satu pulau yang kemarin kita sambar-sambar itu.
Rupa-rupanya waktu kita sedang sibuk mencari-cari kemarin, dia sudah ditolong oleh perahu penangkap ikan dan sedang dalam perjalanan menuju salah satu pulau. Dia melihat kita tetapi kita tidak melihat dia. Oleh nelayan-nelayan dia diberi kain sarung itu yang terus dipakainya kemana-mana.
Siang itu waktu saya ke hangar saya lihat orang Amerika itu masih memakai sarung, turun dari salah satu pesawat kami di Kemayoran, sambil ketawa-tawa. Saya ikut ketawa.
Baca Juga : 8 Kecelakaan Pesawat Hercules C-130B yang Pernah Terjadi di Indonesia
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR