Advertorial

Pengalaman Mencari Helikopter yang Jatuh di Laut Jawa, Pilotnya Ditemukan 'Sarungan' dan Sedang Main Bola

K. Tatik Wardayati
,
Aulia Dian Permata

Tim Redaksi

Pencarian sebuah helikopter yang jauh di Laut Jawa oleh pesawat lain. Ternyata, si pilot ditemukan oleh nelayan dan dibawa ke pulau di Karimunjawa.
Pencarian sebuah helikopter yang jauh di Laut Jawa oleh pesawat lain. Ternyata, si pilot ditemukan oleh nelayan dan dibawa ke pulau di Karimunjawa.

Intisari-Online.com – Tulisan Gunardjo berikut ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1976, dengan judul Mencari Helikopter yang Jatuh di Laut Jawa. Jadi, kejadiannya berlangsung antara tahun tersebut.

Di antara kecelakaan pesawat terbang beberapa waktu yang lalu, salah satunya adalah hilangnya sebuah helikopter besar jenis Sikorsky 58 yang dicharter oleh sebuah perusahaan minyak asing di dekat gugusan pulau-pulau Karimunjawa.

Helikopter itu sedang dalam penerbangan dari tempat explorasi minyak bumi di lepas pantai menuju Semarang.

Waktu itu hari Minggu kebetulan saya kena giliran dinas sehari penuh di hangar Kemayoran Jakarta, kalau-kalau ada yang mendadak memerlukan charter pesawat-pesawat kami.

Baca Juga : Tak Melulu Tragis, Kecelakaan Pesawat Juga Bisa Punya Kisah Lucu, Salah Satunya Jatuh di Tengah Hajatan

Di perusahaan ini telah menjadi ketentuan bahwa tiap hari ada pilot yang siap terbang kemana saja, serta paling tidak ada sebuah pesawat yang siap untuk diterbangkan.

Ketika saya dinas itu ada tiga buah pesawat yang siap terbang masing-masing sebuah pesawat amphibi Cessna 206, Navajo dan Aztec.

Pesawat-pesawat itu masing-masing jika diisi bahan bakar penuh mempunyai kemampuan lama terbang berturut-turut lima setengah jam, enam setengah jam dan tujuh jam.

Sedangkan kecepatan rata-rata dalam Knot (mil nautika per jam) masing-masing adalah seratus sepuluh, seratus delapan puluh dan seratus lima puluh. Saya bisa menerbangkan yang mana saja jika dikehendaki.

Baca Juga : Cuaca Buruk dan Medan Bergunung, 'Hantu' yang Selalu Memicu Kecelakaan Pesawat Terbang di Papua

Rp85.000,— per jam

Kira-kira setengah sembilan pagi itu datang pada kami dua orang dari perusahaan minyak asing yang mengatakan bahwa sebuah helikopter yang mengangkut orang-orang mereka telah hilang semalam.

Mereka tadi bermaksud mencharter pesawat kami untuk tugas pencarian (SAR) saat itu juga. Saya antar mereka tadi melihat pesawat dan saya berikan sedikit keterangan mengenai kemampuannya.

Akhirnya mereka sepakat untuk memakai Navajo kami, sebuah pesawat transport ringan bermesin dua yang bisa mengangkut delapan orang.

Saya katakan juga taripnya sekitar delapan puluh lima ribu rupiah setiap jam. Sebenarnya untuk tugas-tugas pencarian begini kalaupun tidak dibayar oleh mereka ini, akan dibayar oleh pemerintah dalam hal ini oleh SAR Nasional sebuah badan yang khusus menangani soal pencarian dan penemuan kembali korban kecelakaan udara dan laut.

Baca Juga : Ini yang Harus Dilakukan agar Bertahan Hidup ketika Terjadi Kecelakaan Pesawat di Daerah Terpencil

Setelah selesai berembug itu saya cepat-cepat ke Pusat Lain Lintas Udara Kemayoran tidak berapa jauh dari hangar pesawat-pesawat kami. Di situ telah ada sepucuk kawat dari Lapangan Udara Ahmad Yani di Semarang.

Isinya keterangan bahwa kontak terakhir dengan helikopter yang hilang itu terjadi empat puluh menit sebelum mendarat di Semarang. Sejak itu tidak terdengar kabar beritanya lagi seakan akan hilang ditelan kegelapan malam.

Hal itu terjadi pukul satu malam tadi jadi sudah lebih dari tujuh jam belum ada usaha apa-apa untuk mencarinya, terbukti dari kata-kata petugas-petugas di situ.

Kemudian berdasar kawat tadi dan kecepatan rata-rata helikopter jenis ini saya hitung-hitung sendiri dimana kira-kira dia celaka.

Baca Juga : Alami Kecelakaan Pesawat 50 Tahun Lalu, Jasad Tentara India Ini Ditemukan di Himalaya

Di atas peta saya dapati titik ini terletak di dekat pulau-pulau Karimunjawa yang terletak arah ke utara dari Semarang.

Saya pikir-pikir helikopter begini berani terbang di malam buta menyeberang lautan pasti ada tugas yang menyangkut hidup matinya seseorang, biasa kita sebut "medical emergency flight".

Ada dua macam cara pencarian yang telah kami kenal sejak di sekolah penerbang dulu. Yang pertama ialah dengan memperbesar titik itu menjadi suatu lingkaran dengan titik itu sebagai pusatnya.

Penerbangan pencarian dimulai dari lingkaran yang paling luar berputar mengelilingi titik tadi makin lama makin kecil. Kalau tidak ada hasilnya kita bikin lingkaran-lingkaran lain yang kelilingnya saling memotong sehingga tidak ada daerah yang akan terlepas dari pengamatan.

Baca Juga : Ngeri, Ini 5 Kecelakaan Pesawat Paling Tragis di Indonesia, Salah Satunya Karena Pilot Sengaja Bunuh Diri

Cara kedua ialah dengan memperbesar segi empat panjang disekeliling titik tadi. Penerbangan dilakukan dengan memotong segi empat tadi sedikit-sedikit sampai akhirnya habis. Saya pilih cara kedua ini dengan keyakinan bahwa pencarian ini segera akan diikuti oleh pesawat-pesawat lain beramai-ramai.

Menghitung ombak lautan

Dengan cepat kami kembali ke pesawat yang telah disiapkan betul-betul oleh mekanik kami, lengkap dengan alat-alat pelampung dan perahu-perahu karet lipat (dinghi) karena kami lama beroperasi di atas laut nanti.

Antara kami menentukan pilihan menggunakan pesawat Navajo itu sampai lepas landas (airborne) dari landasan hanya makan waktu sekitar duapuluh menit saja. Kami terbang menuju ketimur dengan dua pencharter tadi sebagai pengamat (observer).

Baca Juga : Lion Air Tergelincir, Inilah 5 Kecelakaan Pesawat Paling Mengerikan di Indonesia, Salah Satunya Upaya Bunuh Diri Sang Pilot

Dalam penerbangan menuju daerah sasaran tadi (probable area) kami mendapat laporan cuaca dari Pangkalan Udara Angkata Darat Ahmad Yani Semarang selengkap-lengkapnya.

Di antaranya bahwa angin bertiup agak kencang dari arah barat daya jadi kita bisa memperhitungkan kemana kira-kira mereka terbawa jika sempat terapung. Sedang awan rata (overcast) menutup wilayah itu setinggi kira-kira seribu kaki.

Kemudian saya dengar Menara Pengawas lapangan Ahmad Yani memperingatkan pesawat-pesawat yang lalu ialang di sekitar itu bahwa kami sedang mengadakan usaha pencarian disitu.

Sampai ke tempat itu memakan lebih dari satu jam penerbangan dari Kemayoran. Kami menukik tajam menerobos awan-awan sampai tinggi dari permukaan laut hanya lima ratus kaki lagi. Dari ketinggian ini dapat kita lihat dengan jelas sebatang kayu yang panjangnya kira-kira lima meter.

Baca Juga : Setelah Bertahun-tahun, Pencari Jenazah Ini Temukan Bagian Tubuh Korban Kecelakaan Pesawat 51 Tahun Lalu

Kami mulai dari suatu titik yang terletak beberapa mil di sebelah barat Jepara. Dari situ terbang lurus ke arah barat sejauh kira-kira tigapuluh mil memotong garis lintas penerbangan (track) dari pada helikopter itu yang hilang kira-kira duabelas menit, lalu membelok lurus ke utara tiga menit, ke timur lagi duabelas menit, ke utara tiga menit, ke barat dan seterusnya seakan akan kami hitung banyaknya ombak dilautan ini.

Kedua pengamat kami melihat kiri kanan dan saya sendiri lurus kedepan, dengan cara ini tidak mungkin ada yang lepas dari pengamatan kami.

Dibawah awan-awan begini pesawat sangat goncang karena aliran naik yang diakibatkan pemanasan bumi oleh matahari di siang hari. Baru dengan susah payah kami dapat minum dari botol-botol dan makan apa-apa.

Sementara itu mata tidak berkejap menghitung ombak lautan tadi, kalau lengah maka sia-sialah pekerjaan ini.

Baca Juga : 3 Hari Sebelum Kecelakaan Pesawat DC-10, Seorang Pria Sudah Melaporkan ‘Ramalannya’ ke Petugas Bandara

Terbang begini sangat cepat melelahkan urat sarap, paling tepat kalau ada kopilot yang bisa diajak bergantian. Apalagi waktu itu hawa sangat panas ventilasi pesawat kami hanya mengalir masukkan hawa panas dari lautan di dekat Semarang itu, tidak banyak menolong kami.

Saya cuma berpikir kapan kerja ini segera dibantu oleh pesawat- pesawat lain yang begitu banyak dipunyai oleh Indonesia. Setelah lebih dari tiga jam akhirnya wilayah yang saya lukis diatas peta saya habis kita jelajah tanpa hasil apa-apa sementara itu bahan bakar makin menipis karena penggunaan jauh lebih irit jika kita terbang tinggi diatas sana.

Kami bersiap-siap untuk terbang ke Semarang menambah bahan bakar. Waktu itu saya diberitahu oleh menara lapangan Ahmad Yani bahwa sebuah pesawat lain dari Jogja akan segera menuju tempat itu, memulai pencarian.

Tetapi pesawat itu terbang begitu tinggi di atas awan-awan, apa yang bisa dilihat dari ketinggian itu saya sendiri tidak paham.

Baca Juga : Kalah dalam Perang Vietnam, AS Terpaksa Buang Puluhan Helikopter ke Laut, Kenapa?

Isteri sudah datang dari Singapura

Lebih dari tiga jam kami mengadakan usaha pencarian tadi. Karena lamanya menghitung ombak laut tadi kepala saya mulai terasa agak oleng. Yang saya perlukan sekarang hanyalah istirahat dan minum kopi.

Tetapi yang saya dapati waktu saya menginjakkan kaki di lapangan itu ialah orang-orang yang berkerumun yang mengajukan bermacam pertanyaan mengenai kecelakaan ini.

Banyak yang tidak ada sangkut-paut apa-apa, hanya ingin tahu saja.

Baca Juga : Tragedi Sukhoi dan Penyebab Kecelakaan Pesawat Terbang yang Selalu Kompleks

Di ruang tunggu itu kami ditemui oleh isteri pilot helikopter yang hilang itu, seorang wanita Thai, pilot itu sendiri orang Amerika. Dengan bahasa Inggeris yang terputus-putus dan mata yang berair ditanyakan nasib suaminya pada saya.

Saya cuma bisa menjawab bahwa sejak pagi saya telah mulai pencarian ini dan tidak ada hasilnya. Pencarian ini belum dihentikan dan saya akan berusaha keras untuk menemukannya.

Dalam hati saya cuma berpikir alangkah bahagia punya isteri begitu baik, dia cepat-cepat terbang dari Singapura ke Semarang dengan kesempatan pertama begitu mendengar suaminya hilang.

Di situ saya tanya lagi pada petugas-petugas barang kali ada lagi pesawat-pesawat lain yang akan ikut dalam pencarian ini. Jawabnya sudah bisa ditebak ini hari Minggu banyak pejabat yang berwenang menggerakkan pesawat sedang berhari Minggu.

Baca Juga : 5 Tahun Jatuhnya Sukhoi di Gunung Salak: Inilah 6 Kecelakaan Pesawat Terburuk di Indonesia

Pesawat saya diisi lagi bahan bakar maksud kami akan mengadakan usaha pencarian sampai mata hari terbenam. Sementara itu saya lihat pesawat yang menyertai kami di tengah laut tadi sudah mau turun, menghentikan pencarian ini. Kabarnya cuaca buruk telah menutup daerah itu.

Kami take off lagi kini kami langsung menuju pulau-pulau Karimunjawa. Di beberapa tempat terlihat hujan memang turun, tetapi belum hebat benar, kami masih bisa terbang di sela-selanya.

Semua pulau kami sambar sampai-sampai pesawat kami hanya beberapa meter saja dari tanah. Banyak pulau-pulau kosong disitu tidak ada tanda-tanda kehidupan. Di pulau yang berpenduduk tidak ada sesuatu yang luar biasa terjadi tenang-tenang saja.

Tidak ada gerakan orang-orang menuju satu tempat misalnya melihat pesawat jatuh atau melihat orang yang terdampar di pantai.

Baca Juga : Tragedi Chapecoense dan Kecelakaan-kecelakaan Pesawat yang Melibatkan Tim Sepakbola Lainnya

Ternyata sedang main bola

Di sebelah barat dan utara pulau-pulau tadi banyak sekali perahu layar penangkap ikan. Saya tidak ada pikiran untuk mencarinya di sekitar itu. Karena kalau helikopter itu celaka disitu pasti akan ditolong oleh nelayan-nelayan.

Mereka orang-orang sederhana dengan jalan pikiran sederhana juga, tidak mengharap balas jasa atau ambisi apa-apa. Lalu kami terbang agak ke timur mulai pencarian di situ beberapa jam lamanya. Tidak ada hasilnya.

Dari sini ke dekat dekat pantai Utara Jawa. Dari situ terlihat gunung Muria menjulang tinggi dikaki langit sebelah Selatan.

Baca Juga : 10 Orang Paling Beruntung dalam Sejarah Manusia: Dua Kali Terhindar dari Kecelakaan Pesawat Terbang

Akhirnya, pemandangan mulai kabur karena matahari yang hampir terbenam sinarnya tertutup oleh awan-awan gelap. Tidak ada gunanya diteruskan lagi pencarian ini, saya putuskan begitu dan saya katakan kepada kedua penumpang saya.

Pesawat saya bawa naik ke atas awan-awan kembali ke Semarang. Di situ kedua pencharter saya turunkan lalu saya terbang kembali ke Jakarta. Suatu penerbangan malam dengan sisa-sisa tenaga saya.

Paginya hari Senin. Saya tidak dinas lagi, pencarian dilanjutkan oleh pilot lain yang hari itu kena giliran "standby duty". Probable area diperluas sampai jauh ke timur melampaui gugusan pulau-pulau Karimunjawa.

Pencarian diikuti oleh pesawat-pesawat perusahaan dan instansi lain. Salah seorang pilot itu melihat seorang kulit putih memakai kain sarung sedang main bola di salah satu pulau yang kemarin kita sambar-sambar itu.

Rupa-rupanya waktu kita sedang sibuk mencari-cari kemarin, dia sudah ditolong oleh perahu penangkap ikan dan sedang dalam perjalanan menuju salah satu pulau. Dia melihat kita tetapi kita tidak melihat dia. Oleh nelayan-nelayan dia diberi kain sarung itu yang terus dipakainya kemana-mana.

Siang itu waktu saya ke hangar saya lihat orang Amerika itu masih memakai sarung, turun dari salah satu pesawat kami di Kemayoran, sambil ketawa-tawa. Saya ikut ketawa.

Baca Juga : 8 Kecelakaan Pesawat Hercules C-130B yang Pernah Terjadi di Indonesia

Artikel Terkait