Advertorial
Intisari-Online.com – Kantor Berita AFP telah menulis suatu seri karangan. Judulnya "Kebiasaan makan di seluruh dunia". Tidak semua kami ambil, tetapi inilah beberapa diantaranya. Mungkin menarik juga sebagai bahan perbandingan.
Seperti yang pernah tertuang dalam Majalah Intisari edisi April 1978, dengan judul Dari Daging Panggang Argentina Sampai Pangsit Peking.
--
PM Morarji Desai, makannya hanya sayur, yoghurt, buah, sedikit manisan dan bawang putih. Pada suatu daftar yang dikirim ke London oleh sekretarisnya sejenak sebelum kunjungannya kepada ratu bulan Juni tahun yang lalu di sebut bahwa sebelum makan ia harus diberi lima siung bawang putih. Minumannya air masak, susu sapi, sari wortel dan sari buah.
Baca Juga : Serba Cepat, Kebiasaan Makan di Amerika Serikat Itu Ibarat Mesin Waktu
Daftar itu tidak menyebut air seni, biarpun sudah umum diketahui bahwa ia mengikuti apa yang disebut "auto urine therapy" . Setiap hari ia minum 17,5 centiliter air seninya sendiri. Kebiasaan ini tidak aneh di antara orang India.
Namun menu PM Desai ini bukan menu umum di India. Orang India rata-rata, (artinya yang tidak miskin sekali) makan hasil-hasil setempat. Misalnya nasi, kue terigu atau sayur, terutama pure dari "lentils" yang dikenal sebagai "dal".
Orang India umumnya kalau makan bersama akan duduk di lantai mengelilingi hidangannya. Mereka mengambil makanan dengan tangan kanan.
Nampan besar itu penuh dengan masakan pedas seperti kare, mungkin ayam atau daging kambing dengan saus, dal, kentang, kembang kol (dihidangkan dalam porsi kecil) dan kue tepung terigu yang disebut "chapati".
Baca Juga : Di Argentina, Kebiasaan Makan Daging Panggang Pun Jadi Alat Propaganda Rezim Militer
Chapati itu dipotong-potong dan bisa juga dimanfaatkan sebagai sendok atau untuk menyerok sop.
Sebagian besar orang India tidak makan daging. Terutama di selatan. Namun banyak juga ayam dan kambing yang dimakan. Babi hanya untuk mereka yang rendah taraf sosio ekonomisnya.
Daging sapi, hanya ada di daerah orang Islam dan harganya sangat murah, yakni 4 rupees (kurang lebih Rp.210) sekilo, tidak perduli daging dari bagian mana. Namun ini tidak berarti sana surga bagi pemakan daging sapi.
Soalnya sapi itu disembelih tanpa pengawasan kebersihan dan daging itu baru bisa dimakan setelah digodok lama.
Baca Juga : Kebiasaan 'Mandi Bersama' di Jepang yang Unik dan Bikin Ketagihan tapi Banyak Aturannya
Memoar Mahatma Gandhi memberi gambaran betapa ngerinya bagi seorang Hindu untuk makan daging sapi. Sebagai seorang sarjana hukum muda di Afrika pada akhir abad ke 19, ia bertekad untuk mencoba daging sapi yang menurut orang Inggeris dianggap sumber kekuatan dan semangat.
Dengan kemauan keras ia menyisihkan perasaan Hindunya. Namun ketika ia mencoba irisan pertama, rasanya ia mau muntah. Tidak pernah ia makan makanan se-ngeri itu.
Biarpun banyak tabu dan perbedaan rasa, orang bisa makan enak di India. Di "Moghul salons" yang bisa ditemukan di hotel-hotel terkemuka New Dehli, makan malam bisa di atas 100 rupee (kurang lebih Rp.5.400) harganya. Dan anggur Perancis yang baik harganya dua kali jumlah itu.
Namun masakan India eksotis tidak usah selalu begitu mahal. Di "Moti Mahal" di Delhi lama, di mana turis berkumpul dengan keluarga India, orang bisa menikmati ayam Tandoori lezat dengan harga 20 rupee. Tempatnya mengingatkan orang restoran Spanyol.
Baca Juga : 7 Kebiasaan Harian ini Bisa Sebabkan Gagal Ginjal, Termasuk Terlalu Banyak Mengonsumsi Garam
Di India Utara masakan tandoori dibuat dari ayam yang diberi makan padi-padian, kemudian diisi dengan saus campuran yoghurt dan bumbu, kemudian dibakar di atas api arang dalam sebuah anglo lempung yang dalam.
Biarpun demikian bisnis restoran di India tidak bisa di sebut maju. Langganannya hanya terbatas.
Makan di luar masih merupakan kenikmatan yang hanya bisa dilakukan oleh golongan kaya.
Kecuali masakan Perancis, masakan asing lain tidak terlalu disukai orang. Bahkan masakan Cina yang bersaing keras dengan masakan India di Asia dan Afrika Timur, di India sudah harus puas dengan tempat kedua.
Baca Juga : Tubuh Berotot Jonatan Christie Ternyata Dihasilkan oleh Ayahnya yang Terapkan Kebiasaan Khusus Sejak Kecil